Kemacetan di Tembalang (Sumber: Manunggal)
Feature – Kemacetan di Tembalang semakin parah seiring bertambahnya waktu. Beberapa titik daerah yang sering terjadi kemacetan antara lain yaitu persimpangan jalan tol, lalu lintas Banjarsari, simpang jalan Banyuputih, serta bundaran Undip.
Daerah-daerah tersebut menjadi sasaran kemacetan pada jam-jam tertentu akibat membludaknya jumlah kendaraan di Tembalang. Kemacetan ini dipengaruhi oleh mobilitas sehari-hari masyarakat yang lebih banyak memakai transportasi pribadi daripada transportasi umum.
Berdasarkan data analisis Badan Pusat Statistis (BPS) Kota Semarang, sejak tahun 2012, jumlah kendaraan pribadi di Tembalang mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan jumlah kendaraan umum.
Kendati terus alami kenaikan volume kendaraan, tapi jika ditinjau beberapa tahun ke belakang, jalanan di Tembalang belum sepadat sekarang. Para mahasiswa dan masyarakat lebih memilih berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum berupa angkot kuning yang kini sudah tidak ada lagi.
Keberadaan angkot kuning mulai tergeser sejak munculnya Bus Rapid Transport (BRT) Trans Semarang dan ojek online. Angkot kuning harus mengetem cukup lama karena menunggu jumlah penumpang memenuhi angkot.
Berbeda dengan BRT Trans Semarang atau ojek online yang tidak perlu menunggu dan tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat tujuan. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang membuat antusiasme mahasiswa dan masyarakat semakin menurun untuk kembali naik angkot kuning.
Demi kemudahan dan kenyamanan, para pendatang baru yang berasal dari berbagai daerah memilih membawa kendaraan pribadi mereka, sehingga jumlah kendaraan bertambah drastis. Hal tersebut tentu semakin menambah ramainya jalanan Tembalang hingga menimbulkan kemacetan yang mengular.
Sikap pengendara dalam berlalu lintas juga menjadi salah satu faktor pendukung kemacetan di Tembalang. Pengendara yang berasal dari berbagai penjuru wilayah memiliki cara berkendara yang berbeda-beda. Ada yang ugal-ugalan, tidak sabaran, tidak patuh aturan lalu lintas, langsung potong jalan, berkendara dengan kecepatan tinggi, dan lain sebagainya.
Pendatang baru asal Jawa Timur, Nuzulul Magfiroh, turut memberikan pendapatnya terkait sikap pengendara di Tembalang. Menurutnya, sikap pengendara di Tembalang beraneka ragam. Tidak sabar dan kurang patuh terhadap peraturan lalu lintas menjadi sikap yang paling mendominasi.
“Semua orang tidak sabaran dan kurang patuh terhadap lalu lintas. Banyak pengendara yang baru saja hijau sudah mengklakson semua dan ada yang menerobos lampu merah,” ujarnya.
Hal tersebut menjadi bukti bahwa daerah asal menjadi salah satu pendukung kemacetan di Tembalang dan seringkali pendatang baru membandingkan sikap pengendara di Tembalang dengan daerah asalnya berdasarkan plat nomor kendaraan yang digunakan.
Pada dasarnya stereotip plat nomor kendaran tersebut masih berupa opini masyarakat dan belum ada studi ilmiah lebih lanjut. Perbedaan medan jalan dan kebiasaan atau sikap pengendara di setiap daerah yang berbeda-beda tidak dapat disamaratakan. Kombinasi antara ego pengendara ditambah lagi kemampuan mereka dalam membeli kendaraan pribadi memunculkan stereotip tersebut.
“Daerah saya masih mengerti etika dan sabar dalam berkendara. Sedangkan pengendara tembalang sebaliknya, terutama plat **,” ujar pendatang baru asal Kota Pemalang, Guruh.
Perbandingan sikap pengendara di Tembalang dengan daerah asal pendatang baru cukup terlihat jelas. Sejalan dengan pendapat salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Alba Nafi’ah Kurniasanti. Menurutnya, di Tembalang masih banyak ditemukan pengendara yang kurang tertib sehingga menimbulkan kemacetan berbeda dengan daerah asalnya.
“Di Tembalang lebih berisik dan ugal-ugalan. Selain itu, masih banyak yang tidak rapi ketika parkir sehingga menghambat jalan. Berbeda dengan daerah asal saya yang lebih tertata dan pengendaranya pun lebih kondusif,”
Perbandingan tersebut memang benar adanya, pengendara di Tembalang cenderung ugal-ugalan, hanya sedikit yang masih patuh dengan aturan lalu lintas. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa kemacetan di Tembalang seringkali dibandingkan dengan kemacetan daerah asal pendatang baru.
Sebagai seorang pendatang baru di Tembalang, melihat kondisi kemacetan yang terjadi hampir setiap hari menimbulkan rasa bosan dan muak tersendiri. Pendatang baru lebih memilih cara mudah guna menghindar dari kemacetan seperti memilih membeli makanan melalui aplikasi online dibanding harus keluar dan berteman dengan kemacetan.
Penulis : Hesti Dwi Arini
Reporter : Hesti Dwi Arini
Editor : Arbenaya Candra, Fahrina Alya