Semarang Masuki PPKM Level 2, Akankah Undip Berlakukan Kuliah Hybrid?

Potret gedung Dekanat Fakultas Teknik Undip (Sumber: Manunggal)

Warta Utama – Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 39 Tahun 2021, saat ini Kota Semarang masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 sama seperti sepekan sebelumnya. Kebijakan tersebut diambil karena penanganan pandemi di Jawa Tengah menunjukkan tren yang positif. Status baru ini tentu menghasilkan aturan-aturan baru pula, salah satunya adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 50%.

 

Terkait pembelajaran tatap muka di perguruan tinggi, dilansir dari suaramerdeka.com, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo memperbolehkan pihak kampus untuk melangsungkan kuliah hybrid serta uji coba pembelajaran tatap muka dengan syarat tetap berkoordinasi dengan pihaknya sebagai laporan harian serta bahan evaluasi. Ganjar menyebut salah satu kampus yang telah menerapkan kuliah hybrid adalah Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).

 

Aturan baru ini disambut baik oleh mahasiswa Teknik Listrik Industri Sekolah Vokasi, Aulia Nurul Yunizah. Ia merasa pembelajaran terutama praktikum secara online kurang efektif akibat beberapa kendala seperti sinyal dan biaya. Masih Aulia, menurutnya yang bisa diprioritaskan untuk melakukan kuliah hybrid adalah mahasiswa semester tiga sampai semester akhir.

 

“Semester tiga karena belum merasakan kuliah offline sama sekali. Lalu semester 5 benar-benar dibutuhkan sebelum terjun ke dunia industri semester selanjutnya, seperti magang dan KKL. Jadi ilmu praktikum harus mulai matang,” jelasnya saat diwawancarai Awak Manunggal, Sabtu (11/09).

 

Ia juga menambahkan mahasiswa tingkat akhir sebagai salah satu prioritas yang dinilai sangat membutuhkan kuliah hybrid untuk penyusunan TA/skripsi yang membutuhkan penelitian dan laboratorium

 

Sebelum aturan PTM 50% ditetapkan pada Selasa (31/08) lalu, sebenarnya Universitas Diponegoro (Undip) telah memberlakukan perkuliahan hybrid bagi mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Teknik Geodesi dan beberapa fakultas lainnya. Teknisnya, mahasiswa diharuskan berada di Semarang sebelum pelaksanaan hybrid, yakni 15 Maret yang akan dibagi menjadi tiga sesi dengan selang waktu masing-masingnya adalah seminggu.

 

“Jadi sesi pertama 15 Maret, sesi kedua 22 Maret, dan sesi ketiga 29 Maret. Nah kita juga diminta menyiapkan beberapa dokumen, seperti surat izin di bawah 21 tahun, surat bukti tes Covid, dan fotokopi KTP/KK. Saat pelaksanaan praktikum, ada pengecekan suhu dan asisten laboratorium (aslab) memastikan pelaksanaannya tidak bergerombol,” terang Rizka Amelinda Septiani, mahasiswi jurusan Teknik Geodesi asal Malang pada Awak Manunggal, Jumat (10/09).

 

Lebih lanjut, mahasiswi yang lebih akrab disapa Rizka itu menjelaskan bahwa alasan utama diberlakukannya perkuliahan hybrid adalah pihak departemen belum menemukan metode serta solusi apabila pelaksanaan praktikum secara online mengingat bidang keilmuan Ilmu Ukur Tanah yang memang diharuskan adanya praktik langsung. Pertimbangan lainnya adalah alat-alat praktikum yang digunakan relatif tidak murah.

 

Akan tetapi, untuk pelaksanaan perkuliahan hybrid pada semua fakultas di semester ganjil ini, Hanifah M. Denny selaku Direktur Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni mengaku Undip belum memberlakukannya dengan dalih masih terus waspada dan tetap melihat situasi ke depannya. Ia menegaskan penurunan level PPKM hanya mengindikasikan jumlah angka kematian serta kasus positif menurun, bukan selesainya pandemi. Hal ini dibuktikan dengan kasus positif serta angka kematian mahasiswa tidak sedikit.

 

“Semester ini belum, pengecualian untuk mata kuliah yang memang harus ada offline dan itu protokol kesehatannya sangat ketat. Kalau semester depan insya Allah sudah hybrid,” jelas Hanifah saat dimintai keterangan oleh Awak Manunggal, Senin (13/09) via panggilan WhatsApp.

 

Ia juga menggarisbawahi bahwa pada pelaksanaan kuliah hybrid masih terdapat beberapa evaluasi seperti mahasiswa yang tidak taat terhadap protokol kesehatan. Ditambah lagi pertimbangan apabila ada mobilisasi mahasiswa dapat menjadikan kasus di Semarang kembali naik.

“Kita bicara 55 ribu mahasiswa loh, bukan jumlah yang sedikit,” tandasnya.

 

Reporter : Aslamatur R, Christian N, Diana P

Penulis : Diana Putri

Editor: Aslamatur Rizqiyah, Fidya Azahro

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top