Apresiasi – “Seorang guru tidak pernah benar-benar pergi. Jejaknya akan selalu hidup dalam pikiran, hati, dan karya murid-muridnya.” Ungkapan ini tampaknya tepat menggambarkan makna Hari Guru Sedunia yang diperingati setiap 5 Oktober. Lebih dari sekadar momentum, Hari Guru adalah perayaan tentang dedikasi, perjuangan, dan cinta tulus dari mereka yang mengabdikan hidupnya demi mencerdaskan generasi penerus bangsa.
Sejak ditetapkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1994, Hari Guru Sedunia menjadi simbol penghargaan bagi profesi yang sering disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa.” Meski istilah itu terdengar klasik, realitanya peran guru memang tiada tergantikan. Tanpa guru, ilmu pengetahuan tak akan menemukan jembatan untuk sampai ke generasi berikutnya. Tanpa guru, nilai-nilai kehidupan tak akan menemukan penerus yang siap menjaga peradaban.
UNESCO menetapkan “Recasting Teaching as a Collaborative Profession” atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “Merekonstruksi Mengajar sebagai Profesi Kolaboratif” sebagai tema peringatan Hari Guru Sedunia tahun ini. Tema yang lahir dari keprihatinan terhadap banyaknya kondisi guru yang masih bekerja dalam isolasi, minim dukungan, serta terbatas dalam membangun jejaring dengan sesama pendidik maupun pemimpin sekolah.
Sejalan dengan semangat Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang kita kenal dengan nama Ki Hajar Dewantara mengenai prinsip “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Guru menjadi teladan, penggerak, sekaligus pendorong semangat murid. Filosofi ini terus relevan hingga kini, terutama ketika Indonesia tengah mempersiapkan diri menuju Indonesia Emas 2045. Guru adalah pondasi utama untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul, berdaya saing, dan berkarakter.
Namun, jalan yang ditempuh guru tidak selalu mulus. Era digital menuntut mereka untuk menguasai teknologi, mengajar melalui layar gawai, dan beradaptasi dengan metode pembelajaran jarak jauh. Masa pandemi menjadi saksi nyata betapa guru dituntut bergerak cepat. Banyak di antara mereka yang harus belajar menggunakan aplikasi konferensi daring, mempersiapkan materi digital, bahkan mengeluarkan biaya pribadi untuk membeli kuota internet. Meski penuh tantangan, semangat mereka untuk memastikan siswa tetap belajar tidak pernah padam. Guru menjadi bukti nyata bahwa pendidikan sejatinya adalah soal hati.
Selain itu, isu kesejahteraan guru juga masih menjadi salah satu pekerjaan rumah yang besar. Data UNESCO pada tahun 2024 mencatat bahwa banyak guru di negara berkembang menghadapi masalah gaji rendah, beban kerja tinggi, serta kurangnya dukungan fasilitas. Di Indonesia, kondisi ini juga masih ditemui terutama pada guru honorer. Padahal, guru yang sejahtera akan lebih fokus dalam mendidik dan berinovasi. Oleh karena itu, Hari Guru Sedunia tidak hanya soal ucapan terima kasih, tetapi juga momentum untuk mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada peningkatan kualitas dan kesejahteraan tenaga pendidik.
Hari Guru Sedunia adalah kesempatan bagi kita semua untuk merenungkan kontribusi guru dalam hidup kita. Dari mereka, kita belajar bukan hanya membaca dan berhitung, tetapi juga tentang keberanian, ketekunan, dan empati. Mereka mengajarkan arti kegagalan sekaligus cara bangkit. Mereka menyalakan semangat, bahkan ketika muridnya sendiri ragu akan kemampuannya. Banyak dari kita mungkin tidak lagi mengingat semua pelajaran di sekolah, tetapi kita pasti selalu ingat seorang guru yang pernah percaya pada kita.
Pada akhirnya, Hari Guru Sedunia adalah pengingat bahwa guru bukan hanya profesi, melainkan panggilan jiwa. Mereka adalah lentera ilmu yang tak pernah padam, bahkan ketika usia dan tenaga mulai berkurang. Setiap 5 Oktober, mari kita tidak hanya memberi penghormatan melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata: menghargai guru, mendukung perjuangan mereka, dan terus menjaga semangat belajar yang mereka wariskan.
Sebab, di balik setiap dokter, insinyur, pemimpin, atau bahkan seorang jurnalis, selalu ada seorang guru yang pernah menyalakan api semangat untuk bermimpi.
Selamat Hari Guru!
Penulis: Oktavia Dwi
Editor: Nuzulul Magfiroh
Referensi:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (n.d.). www.kemdikbud.go.id. https://www.kemdikbud.go.id
Srianika. (2025, October). Tema dan Logo Hari Guru Sedunia 2025 Resmi dari UNESCO, Sejarah dan Cara Merayakan. Serayu News. https://serayunews.com/tema-dan-logo-hari-guru-sedunia-2025-resmi-dari-unesco-sejarah-dan-cara-merayakan
UNESCO. (2019). UNESCO UIS. Unesco.org. http://uis.unesco.org
UNESCO. (2024). Global report on teachers: addressing teacher shortages and transforming the profession. Unesco.org. https://www.unesco.org/en/articles/global-report-teachers-addressing-teacher-shortages-and-transforming-profession