Apresiasi – Pengertian batik secara bahasa diambil dari dua kata, mbat berarti melempar
berulang kali dan tik yaitu titik. Batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang menggunakan
cairan lilin malam untuk membentuk lukisan bernilai tinggi pada sebuah kain dengan dibantu
canting sebagai alat.
Selain karena kedalaman sejarah ataupun tradisi turun-temurun, keunikan makna di setiap motif
batik menjadi salah satu alasan United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization (UNESCO) mengakui batik sebagai warisan budaya Indonesia. Batik tidak hanya
sekadar lembaran kain yang ditorehkan lukisan unik bermotif, melainkan mengandung makna
mendalam serta menyimpan filosofi yang kuat dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Menjadi salah satu motif batik tertua, motif Parang menggambarkan ketangguhan, kekuatan,
serta keberanian di setiap lengkungan yang berulang, terinspirasi dari bentuk pedang yang
meliuk. Parang dalam bahasa Jawa berarti pedang, menunjukkan bahwa motif ini mencerminkan
kekukuhan dan keteguhan. Tidak hanya digunakan sebagai pakaian, batik Parang menjadi
lambang status sosial dan kekuasaan oleh para penguasa maupun keluarga kerajaan.
Perkembangan zaman yang terus berjalan mengiringi munculnya beragam variasi batik Parang.
Akan tetapi, keragaman yang baru tetap tidak mengubah dasar motif asli, yaitu dengan ciri khas
kelompok motif yang tersusun sejajar dengan kemiringan 45°.
Motif batik lainnya, berasal dari Kota Cirebon yang turut menjadi salah satu motif terpopuler,
yaitu Mega Mendung. Kesederhanaan bentuk motif Mega Mendung menyimpan filosofi kuat di
baliknya. Lengkungan awan dengan ujung lancip dan biasanya berwarna gelap, menggambarkan
filosofi bahwa manusia seharusnya dapat menjadi selayaknya awan yang menyejukkan sehingga
mampu bersikap tenang dan bijaksana dalam segala kondisi, serta mengendalikan emosi dalam
situasi yang tidak menyenangkan.
Motif Mega Mendung menyimpan pesan mengenai kekuasaan dan kesuburan. Mega Mendung
sebagai lambang seorang pemimpin yang dapat mengayomi seluruh elemen masyarakat,
diharapkan bisa menciptakan iklim kehidupan yang menyejukkan.
Motif kuno lain berasal dari Yogyakarta ialah Kawung, dulunya hanya dapat dikenakan oleh
golongan tertentu sehingga tidak dapat digunakan sembarangan. Motif Kawung ditafsirkan mirip
dengan buah kawung atau buah aren, juga kini disamakan sebagai bunga lotus yang merekah.
Bentuk sederhana dari motif Kawung ternyata mengandung makna yang dalam. Keteraturan
bentuk Kawung mencerminkan harapan kehidupan yang seimbang dan harmoni. Warna motif
yang cenderung cerah menginterpretasikan filosofi dari kemurnian atau kesucian.
Seiring dengan berjalannya waktu, batik tetap beradaptasi dengan modernitas tanpa kehilangan
esensi tradisionalnya. Setiap motif yang ditorehkan bukan hanya sekadar pola indah di atas kain,
melainkan narasi yang membawa kita kembali ke akar budaya dan warisan leluhur.
Ketika seseorang mengenakan batik, mereka tidak hanya mengenakan selembar kain, melainkan
sebuah cerita tentang keberanian, kedamaian, harmoni, dan kesucian. Maka, dalam setiap
lekukan motifnya, batik mengajarkan bahwa tradisi bukanlah hal yang statis; ia hidup dan terus
bergerak dalam harmoni dengan waktu, menyatukan masa lalu dan masa kini dalam satu helaian
kain yang penuh makna.
Penulis: Maretta Govani Dinda Sacinta
Editor: Hesti Dwi Arini