Mozaik untuk Memperingati Hari Autisme Sedunia (Sumber: Pinterest)
Apresiasi — Di seluruh penjuru dunia, penyandang autisme memiliki kontribusi besar pada kemajuan masyarakat serta dunia. Namun, masih banyak stigma dan ketidaksetaraan yang didapat oleh penyandang autisme, seperti kurangnya layanan kesehatan bagi penyandang autisme, fasilitas pendidikan yang kurang memadai, serta kapasitas hukum yang masih diabaikan. Hal tersebut menjadi indikator dari ketidakselarasan pada Hak Asasi Manusia (HAM).
United Nations atau yang sering disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menginisiasikan hal tersebut dengan menetapkan 2 April sebagai World Autism Awareness Day (WAAD) atau Hari Peduli Autisme Sedunia. Peringatan ini dibuat sejak tahun 2007 dengan tujuan untuk memberikan dorongan kepada para penyandang autisme dalam mewujudkan HAM yang setara serta pengakuan terhadap kontribusi yang diberikan pada kemajuan dunia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), autisme merupakan gangguan perkembangan pada anak yang berakibat pada kemampuan berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan serta keinginannya, sehingga komunikasi hubungan dengan orang lain menjadi terganggu. Namun, adanya peringatan ini menjadi dorongan, motivasi serta dukungan bagi penyandang autisme. Gerakan global untuk memberikan edukasi mengenai kesadaran publik tentang autisme sudah berjalan lebih dari 17 tahun lamanya. Hal ini menandakan bahwa dari peringatan ini, mulai tumbuh rasa kepedulian terhadap sesama.
Di tahun 2025, Hari Peduli Autisme Sedunia mengusung tema “Advancing Neurodiversity and the UN Sustainable Development Goals (SDGs)”. Tema ini menyoroti hubungan upaya dalam keberlanjutan global dengan neurodiversitas melalui pengangkatan kebijakan dan praktik inklusif yang dapat mendorong perubahan ke arah yang positif bagi penyandang autisme di seluruh dunia. Kegiatan ini dilaksanakan melalui diskusi dengan para pakar global, pemimpin, serta suara dari penyandang autisme dengan memberikan pidato, pendapat, serta sesi interaktif dengan bahasan mengenai perawatan kesehatan yang inklusif, lapangan pekerjaan, pendidikan, dan pembangunan fasilitas. Diskusi diperdalam pada topik inklusifitas kesehatan, kualitas pendidikan, aksesibilitas lapangan pekerjaan, serta fasilitas kota yang ramah terhadap autisme.
Sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi HAM, kita dapat melakukan langkah kecil dengan mengedukasi lingkungan kita mengenai autisme. Selain itu, kita dapat menggunakan produk hasil karya penyandang autisme sebagai bentuk apresiasi dan dukungan pada kontribusi mereka.
Selamat Hari Peduli Autisme Dunia!
Penulis: Lindu Aji Santoso
Editor: Nuzulul Magfiroh, Nurjannah