Laut Bercerita, Senandung Kisah yang Kembali dan Tak Kembali

BUKU — Berlatar belakang tahun 1990 hingga tahun 2000, Laut Bercerita membawa pembaca untuk menerobos masa lalu dan melihat kembali peristiwa yang terjadi di sana. Secara langsung, novel ini mengingatkan pembaca akan era orde baru yang sirat kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat.

‘Matilah engkau mati…

Kau akan lahir berkali-kali…’

Puisi tersebut bak jiwa yang menggerakan Laut dan teman-teman aktivis mahasiswa, yang menjadi tokoh sentral dalam buku ini, untuk menyuarakan pandangan mereka dengan harapan akan lahirnya Indonesia yang baru. Namun, tindakan mereka dibatasi oleh tekanan dari berbagai pihak penguasa sehingga perlawanan berakhir dengan pengejaran dan penangkapan. Kehidupan mereka tidak tenang karena mengalami penyiksaan yang menakutkan dari hari ke hari. Pasca terjadinya penangkapan, sebagian dari mereka dikembalikan, tetapi sebagiannya lagi tidak diketahui bagaimana kabarnya. Keluarga dan kerabat tetap mencari mereka yang masih tidak kembali, menuntut keadilan.

(Sumber: Website gramedia.com)

 

Leila S. Chudori membagi novel ini dalam dua bagian. Pada bagian pertama pembaca akan menyelami sudut pandang Biru Laut yang diceritakan bahwa Laut yang merupakan tokoh utama beserta dan teman-teman aktivisnya dikisahkan terlibat untuk menyusun rencana, berpindah-pindah tempat saat pengejaran, hingga akhirnya ditangkap.

Pada bagian kedua, pembaca akan disuguhkan kisah dari sudut pandang Asmara, adik dari Laut yang bekerja di bidang kedokteran, yakni bagaimana pencarian mereka terhadap kerabat yang tak pernah kembali dan perasaan bersalah dari mereka yang kembali hingga berjuang menuntut keadilan bertahun-tahun lamanya.

Demi membentuk pendalaman emosi yang baik, Leila melakukan wawancara dengan korban penculikan pada Maret 1998 lalu. Hasil dari wawancara tersebut yang konon menjadi awal terciptanya Laut Bercerita. 

Buku ini memberikan perasaan pilu dan kesedihan yang dapat memainkan emosi pembaca. Pembawaan dengan dua sudut pandang berbeda seolah membuka mata hati kita untuk dapat turut berempati dan memahami kasus-kasus penghilangan secara paksa dari pihak-pihak yang terlibat.

Penulis: Nitzah

Editor: Rafika Immanuela, Malahayati Damayanti F

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top