Warta Utama – Rabu (20/4), Amnesty Undip menggelar Diskusi Publik dengan mengangkat topik bertajuk “Blok Wabu Bukan Sekedar Emas”. Diskusi ini membahas perihal tambang emas, investasi elite, penambahan pasukan non-organik, pembatasan akses, stigmatisasi orang asli Papua, hingga perampasan hak-hak masyarakat Blok Wabu, Papua.
Diskusi yang diadakan secara hybrid ini, turut dihadiri oleh Yan Emany sebagai perwakilan Mahasiswa Intan Jaya, Cornel Gea dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, dan Amnesty Universitas Indonesia (UI).
“Konflik yang terjadi antara masyarakat Blok Wabu dengan pemerintah Indonesia dipicu oleh kekhawatiran warga setempat terhadap rencana penambangan emas yang terjadi pada tahun 2020 lalu,” kutip unggahan akun Instagram @amnesty.undip.
Kekhawatiran warga Blok Wabu direspon balik oleh pemerintah dengan mengirimkan sejumlah aparat keamanan dan pembuatan pos penjagaan di wilayah Intan Jaya.
Hingga saat ini, konflik masih berlangsung dan mengakibatkan berbagai tindak pelanggaran HAM terhadap masyarakat setempat, antara lain tindak kekerasan serta pembatasan kehidupan publik dan pribadi.

Togar Billy selaku Koordinator Umum Amnesty Undip menjelaskan bahwa tindakan pembatasan yang dilakukan oleh aparat menyebabkan trauma yang begitu mendalam sehingga warga setempat mengungsi ke wilayah lainnya.
“Misalnya warga yang ingin pergi ke lahannya untuk memproduksi hasil pertanian, mereka perlu melakukan semacam absen terlebih dahulu kepada aparat-aparat yang bertugas, hal itu membuat masyarakat trauma sehingga mereka lebih memilih mengungsi,” ujar Togar.
Ia juga mengungkapkan bahwa Amnesty Undip akan terus menggaungkan isu Blok Wabu yang merupakan salah satu dari kampanye prioritas Amnesty Indonesia.
“Isu Blok Wabu tidak akan berhenti kami suarakan karena Blok Wabu termasuk dalam 5 Kampanye Isu Prioritas Amnesty Indonesia pada tahun ini,”ungkapnya.
Togar juga menyampaikan harapannya kepada para peserta diskusi agar dapat menyebarluaskan isu Blok Wabu ini kepada masyarakat sekitar.
“Tentunya kami berharap para peserta yang hadir bisa menyebarluaskan kembali informasi-informasi yang telah didapatkan dari diskusi ini kepada masyarakat sekitar,” pungkas Togar.
Reporter: Zahra Putri Rachmania
Penulis: Zahra Putri Rachmania
Editor: Rafika Immanuela, Christian Noven