
Peristiwa–– Tepat 5 tahun lalu, Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Penetapan ini merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” yang berisi fatwa kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Biasanya, Hari Santri dirayakan dengan upacara peringatan, pengajian akbar, pertunjukan-pertunjukan seni islami, liga santri, dan lain-lain. Namun karena tahun ini dilanda pandemi Covid-19, Kementerian Agama mengeluarkan panduan dalam peringatan Hari Santri 2020.
Sejarah Hari Santri
Sejarah mencatat bahwa dalam meraih kemerdekaan, ulama atau tokoh keagamaan sangat besar peranannya. Jauh sebelumnya juga Sultan Hasanudin, Fatahillah, Pangeran Diponegoro dan pahlawan lainnya turut berjuang meraih kemerdekaan dengan mengusir para penjajah pada masanya.
Diceritakan dalam kanal NU Online, Jepang memanfaatkan pemuda atau santri tanah air guna melawan sekutu. Syukurnya, KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang kala itu merupakan Ketua Shumubu (Jawatan Agama) memiliki kesepakatan dengan Nippon agar pemuda yang dilatih militer tersebut tidak masuk dalam barisan Jepang. Selanjutnya, Kiai Hasyim membentuk pasukan tersebut sebagai Laskar Hisbullah pada November 1943, yang tujuannya tidak lain adalah menegakkan agama dan negara dilandasi dengan niat jihad fi sabilillah. Laskar Hizbullah selanjutnya menerima pelatihan militer bersama dengan PETA (Pembela Tanah Air) yang merupakan tentara sukarelawan bentukan Jepang dibentuk beberapa minggu setelah Laskar Hizbullah.
Kiai Hasyim memang cerdik. Pada 15 Agustus 1945 silam, Jepang mengaku kalah dari Sekutu, dan Indonesia akhirnya meraih kemerdekaan. Namun ternyata, pejuangan mempertahankan kemerdekaan justru tidak main-main. Santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah inilah yang ikut serta menjadi yang terdepan melawan musuh dengan ilmu militer yang Nippon ajarkan.
Dengan semangat jihad mempertahankan kemerdekaan, banyak sekali pertempuran yang dihadapi. Mulai dari insiden penyobekan bendera di Hotel Yamato Surabaya pada 19 September 1945. Suasana kala itu menjadi semakin tidak karuan, hingga pada 22 Oktober 1945, berkumpulah wakil-wakil cabang NU di seluruh Jawa dan Madura bertempat di Surabaya. Pertemuan tersebut menghasilkan Fatwa Resolusi Jihad, yaitu perintah kepada umat Islam dan seluruh elemen bangsa untuk berperang melawan Sekutu diboncengi Belanda yang hendak menguasai tanah air pasca proklamasi.
“…mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum Agama Islam, termasuk satu kewadjiban bagi tiap2 orang Islam.” Begitulah niat menegakkan NKRI yang tertuang dalam pertimbangan Resolusi Jihad (Mun’im DZ dalam nu.or.id).
Resolusi jihad ternyata berdampak besar dan menjadi pendorong santri untuk ikut serta dalam puncak Pertempuran 10 November 1945, yang selanjutnya diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Pertempuran juga terjadi di daerah lainnya seperti Semarang dan Ambarawa.
“Tidak akan tercapai kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri jajahan,” ujar Kiai Hasyim dikutip dari kanal NU Online (nu.or.id).
Hari Santri di Tengah Pandemi
Tahun ini, tema yang diusung adalah “Santri Sehat Indonesia Kuat”. Tema tersebut sangat sesuai dengan kondisi tanah air pun dunia internasional yang sedang dilanda pandemi global Covid-19. Adapun rangkaian kegiatan yang ditetapkan kementerian untuk menyemarakkan Peringatan Hari Santri 2020 antara lain: upacara bendera; dzikir, doa, salawat dan tausiah untuk mendoakan santri, masyarakat Indonesia dan dunia agar diberikan kesehatan dan kekuatan di masa pandemi; serta sosialisasi melalui website, media sosial, spanduk, dan lainnya.
“Seluruh pelaksanaan Peringatan Hari Santri 2020 disesuaikan dengan kemampuan masing-masing, mengedepankan prinsip-prinsip kesederhanaan dan kehidmatan, dengan tetap berpedoman pada Protokol Kesehatan dalam rangka pengendalian dan pencegahan COVID-19” tulis Kementerian Agama dalam Panduan Peringatan Hari Santri 2020 yang dapat diakses melalui website kemenag.go.id.
Pandemi tak jadi penghalang dalam peringatan hari bersejarah ini. Berbagai istigotsah, seminar, tausiah, ceramah kebangsaan, khataman Al-Qur’an, serta kreatifitas santri yang dituangkan dalam film pendek turut menghiasi peringatan Hari Santri 2020 yang sebagian besar dilaksanakan secara virtual.
“Momentum strategis ini harus bisa dimanfaatkan untuk meneladani perjuangan para kiai dan santri dalam ikut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari berbagai ancaman ketika NKRI baru berusia beberapa hari,” ucap Gus Machin Ketua Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Tengah, dikuti dari kanal NU Online.
Penulis: Winda Nurghaida
Editor: Alfiansyah