Suasana Uji Publik Paslon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Vokasi (SV) 2025 pada Selasa, (17/12). (Sumber: LPM Manunggal)
Warta Utama – Pemilihan Umum Raya (Pemira) Sekolah Vokasi (SV) Universitas Diponegoro (Undip) tahun ini tengah memasuki tahap akhir. Proses yang dimulai sejak akhir Oktober 2024 tersebut mencakup berbagai tahapan penting, seperti open registrasi anggota Komisi Penyelenggara Pemilihan Raya (KPPR), penyusunan dan penetapan Peraturan Mahasiswa (Perma) Pemira, serta pendaftaran calon.
Namun, meski telah melalui proses panjang, Pemira kali ini hanya diikuti oleh satu pasangan calon (paslon) Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), yang akan melawan kotak kosong. Hal tersebut pun menjadi sorotan. Dengan format melawan kotak kosong, kondisi ini memunculkan pertanyaan terkait keberlanjutan demokrasi kampus.
Wakil Ketua KPPR SV, Puji Apriliyanti, menjelaskan bahwa serangkaian tahapan Pemira telah dilakukan.
“Proses dimulai dari open registrasi untuk anggota KPPR, penyusunan Perma Pemira bersama para Ketua Himpunan (Kahim), hingga sidang penetapan. Pendaftaran calon dilakukan untuk Ketua dan Wakil Ketua BEM, senator, dan tim sukses,” ungkapnya.
Namun, persiapan panjang ini tidak lepas dari kendala, terutama terkait minimnya jumlah kandidat yang mendaftar.
“Awalnya ada isu akan ada tiga paslon, tapi pada akhirnya hanya satu yang mendaftar,” tambah Puji.
Selain minimnya kandidat Ketua BEM, jumlah calon senator juga tidak memenuhi kuota minimum. Dari kebutuhan 25 calon, hanya 20 yang mendaftar. Menurut Wakil Ketua KPPR, faktor lain yang menyulitkan adalah transisi ke sistem pemungutan suara secara offline.
“Ini pertama kalinya kami melaksanakan secara offline, jadi ada persiapan ekstra seperti bilik suara dan logistik lainnya,” terangnya.
KPPR memutuskan untuk mengadopsi metode offline guna memastikan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (luberjurdil).
“Jika online, ada risiko manipulasi, seperti pemilih yang berkoordinasi dengan teman temannya. Selain itu, banyak yang kurang memahami sistem online sehingga partisipasi bisa menurun,” jelas Puji.
Keberadaan paslon tunggal mengundang kritik bahwa Pemira tahun ini kurang mencerminkan demokrasi. Puji mengakui situasi ini jauh dari ideal.
“Kami berharap ada debat antar paslon agar mahasiswa bisa menilai calon pemimpin mereka. Dengan paslon tunggal, kesempatan itu hilang,” tuturnya.
Namun, ia menegaskan bahwa KPPR hanya bertugas sebagai penyelenggara dan bukan pihak yang bertanggung jawab atas minimnya jumlah kandidat.
Keberadaan paslon tunggal dalam Pemira SV Undip 2024 tidak hanya menjadi perhatian, tetapi juga memunculkan sejumlah kritik terkait esensi demokrasi di lingkungan kampus. Kondisi ini dinilai mengurangi dinamika kompetisi yang sehat serta peluang mahasiswa untuk mempertimbangkan calon pemimpin secara mendalam. Kendati demikian, panitia KPPR
berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga transparansi dan melibatkan partisipasi aktif dari mahasiswa.
Dalam menghadapi situasi ini, KPPR mengedepankan pendekatan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya Pemira sebagai ajang pemilihan pemimpin organisasi kemahasiswaan. Dengan tetap melibatkan mahasiswa melalui kampanye dan uji publik, panitia berharap Pemira kali ini dapat berjalan sesuai prinsip demokrasi, meskipun hanya ada satu paslon yang melawan kotak kosong.
“Kami terus mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya Pemira dan dampaknya terhadap masa depan SV,” ujar Puji.
Namun, KPPR tidak memungkiri adanya kekhawatiran terkait partisipasi mahasiswa. Jika kotak kosong menang, mekanisme kepemimpinan akan mengikuti aturan yang tertuang dalam Perma Pemira.
“Akan dilakukan musyawarah oleh Komisi 5. Dalam muswa (musyawarah mahasiswa, red), Kahim dapat mengajukan nama kandidat atau forum dapat memutuskan untuk mengadakan Pemira ulang,” jelasnya.
Puji menegaskan perlunya evaluasi dari berbagai pihak agar situasi serupa tidak terulang di masa depan.
“KPPR hanya bertugas tahun ini. Namun, kami akan memberi masukan agar proses di tahun depan lebih baik. Salah satunya adalah memperbaiki timeline dan meningkatkan sosialisasi agar lebih banyak mahasiswa tertarik untuk ikut serta,” katanya.
Beberapa hari menuju pemungutan suara, banyak mata tertuju pada Pemira SV 2024. Apakah mahasiswa akan memberikan dukungannya kepada paslon tunggal atau memilih kotak kosong? Hasil Pemira ini akan menjadi penentu wajah kepemimpinan SV Undip di tahun mendatang.
Reporter: Yovita Restu Susanti, Milati Azka
Penulis: Laili Ulfa Nuraini
Editor: Ayu Nisa‘Usholihah, Hesti Dwi Arini