
Pertama: Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia
Kedoea: Kami poetra dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia
Ketiga: Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjonjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
Siapa yang tidak mengenal kalimat di atas? Ya, inti dari putusan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia yang ditulis menggunakan ejaan van Ophuijsen, merupakan salah satu materi yang wajib dihafal oleh para siswa Sekolah Dasar (SD), sama seperti Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Agaknya bisa dibilang “keterlaluan” jika pemuda zaman sekarang masih bertanya, “kayanya aku pernah dengar kalimat tersebut. Itu kalimat apa sih?”
Sejarah Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda tahun 1928 merupakan hasil final dari rangkaian kongres yang diadakan oleh kumpulan pemuda dari berbagai daerah, suku dan kepentingan, seperti: Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), termasuk pemuda peranakan kaum Tionghoa, dan lain-lain. Tentu saja perkumpulan ini didasarkan pada niat dan tujuan yang jelas – bukan seperti pemuda zaman sekarang yang berkumpul dari berbagai daerah hanya sekedar untuk touring kemudian diunggah di medsos – yakni memupuk persatuan dan melancarkan strategi perlawanan terhadap Belanda melalui jalur diplomasi.
Kongres pertama para pemuda ini dilaksanakan pada 30 April – 2 Mei 1926. Pada saat itu, keputusan yang disepakati ialah adanya kerjasama antar pemuda terkait bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Kemudian kongres kedua dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928 dengan Sugondo Joyopuspito (PPPI) dan Joko Marsaid (Jong Java) sebagai ketua forum. Uniknya, hanya ada enam perempuan yang ikut dalam kongres ini.
Rapat pertama kali ini dilaksanakan pada 27 Oktober di Gedung Katholik Jongelingen Bond (KJB) yang terletak di sekitar Lapangan Banteng. Moh. Yamin sebagai sekretaris turut memberikan pidato terkait lima faktor yang dapat membantu persatuan di Indonesia, yakni faktor sejarah, hukum adat, pendidikan, bahasa, serta kemauan atau cita-cita. Moh. Yamin merupakan perwakilan dari Jong Sumatranen Bond
Rapat kembali digelar pada 28 Oktober, tepatnya hari Minggu, di gedung Oost-Java Bioscoop. Pembahasan pada rapat ini lebih detail, yakni mengenai pentingnya pendidikan di Indonesia yang disampaikan oleh Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro.
Kemudian rapat terakhir dilaksanakan pada hari yang sama namun di tempat yang berbeda, yakni di gedung Indonesische Clubhuis Kramat, yang kini dijadikan sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Pembahasan yang dipilih juga turut berbeda, yakni terkait nasionalisme dan demokrasi, serta kepanduan yang disampaikan oleh Soenario dan Ramelan. Saat Soenario berpidato, Moh. Yamin nampaknya sedang ngide – sama seperti pemuda zaman sekarang yang sering ngide di waktu tertentu– sehingga tiba-tiba terlintas sebuah gagasan. Moh. Yamin akhirnya menulis idenya di secarik kertas yang kemudian disodorkan kepada Soegondo dengan bisikan, “Ik he been eleganter formulering voor de resolutie” (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini). Soegondo yang setuju langsung saja membubuhkan tanda tangan dan melangsir ke anggota-anggota lain. Rancangan yang disetujui seluruh anggota forum kemudian dibacakan oleh Soegondo dan dijelaskan oleh Moh. Yamin sendiri.
Awalnya, Moh. Yamin menginginkan supaya Bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa persatuan, namun Mohammad Tabrani Soerjowitjitro mengusulkan supaya Bahasa Indonesia lah yang menjadi bahasa persatuan. Meskipun hasil kongres sudah dibacakan, judul dari naskah tersebut baru didapat setelah beberapa hari setelah kongres berlangsung. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi esensi dari tercapainya kongres kedua. Sebelum kongres ditutup, Wage Roedolf Soepratman memainkan instrument lagu Indonesia Raya menggunakan biolanya, meski tanpa lirik.
Kini tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda berdasarkan Keppres No. 316 Tahun 1959, tepatnya tanggal 16 Desember 1959.
Lalu Bagaimana Penerapannya?
Chintya Angesty, mahasiswa Sastra Indonesia 2019 mengatakan bahwa makna dari sumpah pemuda ialah suatu ketegasan untuk mewujudkan cita-cita atas makna kemerdekaan serta makna persatuan. “Makna Sumpah Pemuda itu adalah suatu janji, suatu ketegasan, suatu keinginan, untuk mewujudkan cita-cita atas makna kemerdekaan Indonesia, juga Sumpah Pemuda memiliki makna yang dalam atas rasa persatuan seluruh rakyat Indonesia yang beragam untuk menjadi Indonesia, bukan kesukuan,” terangnya saat dihubungi via WhatsApp (27/10).
Menurutnya, langkah paling mudah untuk menerapkan esensi dari Sumpah Pemuda ialah mewujudkan toleransi dan mengakui bahwa keberagaman ialah milik Indonesia, milik bersama. Sayangnya, kondisi di Indonesia saat ini masih jauh dari toleransi itu sendiri, meskipun Sumpah Pemuda telah diikrarkan sejak 92 tahun yang lalu. “Kita bisa lihat kasus-kasus SARA yang betul-betul bertolak belakang sama janji pemuda Indonesia yang bertumpah darah, berbangsa satu Indonesia,” imbuhnya.
Di akhir wawancara, Chintya berharap supaya bangsa Indonesia pada umumnya, dan para pemuda pada khususnya, lebih memiliki rasa toleransi. “Harapan saya, bangsa kita terus bersatu dalam kemerdekaan Indonesia. Lebih tinggi rasa toleransinya, lebih tinggi rasa saling memilikinya, lebih tinggi keinginan untuk memajukan bangsanya, serta lebih bermoral dan teredukasi lagi.”
Reporter: Aslamatur Rizqiyah
Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Winda N, Alfiansyah
Ratriani, V. (2020, Oktober 27). Sejarah dan Isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Retrieved Oktober 27, 2020, from kontan.co.id: caritahukontan.co.id/news/sejarah-dan-isi-sumpah-pemuda-28-oktober-1928?page=all
Subarkah, M. (2020, Juli 20). Pelurusan Sejarah Sumpah Pemuda. Retrieved Oktober 27, 2020, from republika.co.id: https://m.republika.co.id/amp/qdrl9v385
Topata, J. (n.d.). Sejarah Sumpah Pemuda. Retrieved Oktober 27, 2020, from mypurohith.com: https://www.mypurohith.com/sejarah-sumpah-pemuda/
Wasilah, E. S. (2020, Oktober 24). 5 Fakta Unik Sumpah Pemuda, Berikut Sejarah, Isi Teks, dan Susunan Panitia Kongres Pemuda. Retrieved Oktober 27, 2020, from galamedianews.com: https://galamedia.pikiran-rakyat.com/humaniora/amp/pr-35966497/5-fakta-unik-sumpah-pemuda-berikut-sejarah-isi-teks-dan-susunan-panitia-konres-pemuda?page=4