Mohammad Toha: Suka Duka di Balik Aksi Heroiknya

Potret digital Mohammad Toha, sang pahlawan peristiwa Bandung Lautan Api yang telah melakukan aksi heroik hingga rela mengorbankan nyawanya. (Sumber: Postingan Twitter @infobdg)

Peristiwa – Halo-Halo Bandung!

Rasanya, orang sudah tidak asing mendengar kalimat tersebut. Tentu! Sebab, lagu Halo-Halo Bandung sendiri akan mengingatkan kita pada peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada 24 Maret 1946. Peristiwa ini menggambarkan Bandung yang sengaja dikosongkan dan dibumihanguskan oleh tentara dan rakyat setelah menghiraukan ultimatum dari Belanda beberapa kali. Taktik ini dilakukan agar wilayah Bandung tidak diambil alih oleh Pasukan Sekutu dan NICA (Belanda). Meski taktik pembumihangusan ini dinilai sebagai taktik yang ideal, namun di balik itu, peristiwa Bandung Lautan Api juga rupanya menggoreskan cerita heroik. Misalnya, seperti yang dilakukan oleh Mohammad Toha.

Siapa itu Mohammad Toha?

Mohammad Toha merupakan seorang komandan Barisan Rakyat Indonesia—kelompok milisi pejuang di masa Perang Kemerdekaan Indonesia. Ia lahir di Bandung pada tahun 1927 dari pasangan suami-istri, Suganda dan Nariah. Di tahun 1929, ayah Toha meninggal dunia dan sang ibu pun menikah lagi dengan pamannya, Sugandi—adik Suganda. Selepas perceraian ibunya dari pernikahan kedua, Toha pun diasuh oleh kakek dan neneknya, Jahiri dan Oneng. Di umur tujuh tahun, Toha mulai bersekolah di Volk School (Sekolah Rakyat). Ia bersekolah dari umur tujuh tahun hingga kelas 4 SD. Begitu doang kisahnya? Eits, tunggu dulu! Kisah beliau masih berlanjut!

Dari Seinendan hingga BBRI

Meski sekolahnya harus terhenti semasa Perang Dunia II yang pecah, perjalanan hidup Toha masih berlanjut hingga akhirnya ia bergabung menjadi anggota pasukan Seinendan. Selain pernah menjadi montir motor, ia juga belajar menjadi montir mobil, lantas bekerja di bengkel kendaraan militer milik Jepang. Berkat hal tersebut, ia menjadi mahir berbahasa Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia, Toha menjadi bagian dari badan perjuangan Barisan Rakyat Indonesia (BRI), yang dipimpin oleh Ben Alamsyah—paman Toha. Badan perjuangan ini kemudian bergabung dengan badan lainnya—Barisan Pelopor, hingga terbentuklah Barisan Banteng Rakyat Indonesia (BBRI). Di BBRI, Toha menjabat sebagai Komandan Seksi I Bagian Penggempur. Dari hal ini, kita bisa melihat bahwa beliau merupakan orang yang sangat aktif, ‘kan? Salut!

Meledakkan Gudang Amunisi

Pengosongan dan pembumihangusan Bandung bukan serta-merta menjadi sebuah taktik saja agar Pasukan Sekutu dan NICA (Belanda) tidak menguasai wilayah tersebut. Namun, menurut saya, itu juga sebuah pengorbanan besar. Mengapa? Sebab, saat itu Toha meledakkan gudang amunisi yang berisi 1.100 ton mesiu dan senjata sehingga timbul ledakan dahsyat, yang kemudian membuat Toha harus kehilangan nyawanya.

“Penyerangan ini dampaknya nasional karena gudang amunisi itu gudang perbekalan untuk NICA se-Priangan. Jadi, dengan hancurnya gudang itu, tentu pasukan NICA bingung karena amunisinya hancur. Itu yang saya bilang dampak nasional. Memang yang mati di pihak Belanda tidak ada, hanya luka-luka, tapi dampak perjuanganya itu nasional,” ungkap Nina Lubis, sejarawan dari Universitas Padjajaran, dikutip dari ayobandung.com (23/03/2019).

Pengorbanan Toha—setidaknya dari pandangan saya—sangatlah besar. Meski harus merenggut nyawa, aksi heroiknya itu tidak berujung sia-sia. Dikutip dari kumparan.com, disebutkan bahwa setelah kejadian tersebut, Pasukan Sekutu kehilangan pasokan senjata dan mengalami kerugian. Persis seperti kata orang-orang, di balik suatu kisah, pasti ada suka dan duka.

Memang, masih banyak pro dan kontra mengenai status Mohammad Toha sebagai pahlawan nasional atau bukan—mengingat perjuangannya pun terbilang cukup singkat dan kurang jelas. Namun, beliau tetap seorang pahlawan perjuangan—setidaknya bagi saya yang memang warga Bandung. Apa yang telah ia lakukan adalah sebuah pengorbanan besar, yang belum tentu bisa dilakukan oleh orang lain. Tidak heran jika warga Bandung menganggap beliau sebagai seorang pahlawan. Karenanya, dibuatlah sebuah Monumen Mohammad Toha di daerah Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, untuk mengenang jasa beliau. Bahkan, namanya pun digunakan sebagai nama salah satu jalan terpanjang yang ada di Bandung. Untuk hal ini, kalau kata anak zaman sekarang, he deserves it! Itu pertanda, warga Bandung sangat menghargai semua pengorbanannya.

 

Sumber:

Abidin, Ahmad F. 2016. Mohammad Toha, Pahlawan Kemerdekaan Kota Kembang. Diakses melalui https://www.infobdg.com/v2/mohammad-toha-pahlawan-kemerdekaan-kota-kembang/, pada Rabu, 17 Maret 2021.

Fadillah, Ramadhian. 2015. Mengenang Bandung Lautan Api & heroiknya perjuangan rakyat Bandung. Diakses melalui https://www.merdeka.com/peristiwa/mengenang-bandung-lautan-api-heroiknya-perjuangan-rakyat-bandung.html, pada Rabu, 17 Maret 2021.

Kumparan.com. 2021. Bandung Lautan Api: Mengenal 3 Tokoh Pahlawan yang Terlibat. Diakses melalui https://kumparan.com/berita-update/bandung-lautan-api-mengenal-3-tokoh-pahlawan-yang-terlibat-1uyxHmY7ztq/full, pada Rabu, 17 Maret 2021.

Ranawati, Nur K. 2019. Peran Muhammad Toha dalam Pusaran Bandung Lautan Api. Diakses melalui https://ayobandung.com/read/2019/03/23/47780/peran-muhamad-toha-dalam-pusara-bandung-lautan-api, pada Rabu, 17 Maret 2021.

Serbabandung.com. 2015. Di Ujung Jalan Mohammad Toha Ada Monumen Moh. Toha. Diakses melalui https://www.serbabandung.com/di-ujung-jalan-mohammad-toha-ada-monumen-moh-toha/, pada Rabu, 17 Maret 2021.

Setyawan, Arif B. 2019. Muhammad Toha: Pelaku Suicide Mission Perang Mempertahankan Bandung. Diakses melalui https://ruangobrol.id/2019/11/18/fenomena/indonesia/muhammad-toha-pelaku-suicide-mission-perang-mempertahankan-bandung/, pada Rabu, 17 Maret 2021.

 

Penulis: Annisa Rachmawati, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya 2019.

Editor : Aslamatur Rizqiyah, Dyah Satiti

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top