Menilik Lebih Jauh Calon Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa untuk Keberlangsungan Undip 2025

Foto Bersama Calon Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa (MWA-UM) Undip 2025 (Sumber: Dok. Pribadi) 

 

Warta Utama – Setelah melewati serangkaian proses Pemilihan Umum Raya (Pemira) Universitas Diponegoro (Undip) 2024, mulai dari verifikasi berkas, roadshow ke 11 fakultas dan 1 Sekolah Vokasi (SV), hingga uji kelayakan dan debat akbar, tahap pemungutan suara akhirnya akan digelar pada Selasa, (17/12). Tidak hanya memilih Calon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), ajang Pemira ini pun akan memilih calon Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa (MWA-UM) 2025. 

Pemilihan calon MWA-UM Undip 2025 menjadi momen krusial untuk menentukan arah kebijakan universitas ke depan. Dalam kontestasi Pemira tahun ini, dua kandidat bersaing untuk menduduki posisi tersebut, yakni Christian Dwi Tama Putra, mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen 2021 sebagai nomor urut 1, dan Muhamad Ibnu Athaillah, mahasiswa Prodi Ekonomi 2022 sebagai nomor urut 2. Kedua calon hadir dengan latar belakang dan visi yang berbeda, menawarkan gagasan serta strategi untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa dalam forum pengambilan keputusan tertinggi di Undip. 

Memahami Peran MWA dan Tantangan Representasi Mahasiswa 

Dalam wawancara bersama awak Manunggal pada Minggu (15/12), Christian Dwi Tama Putra dan Muhamad Ibnu Athaillah sepakat bahwa posisi MWA-UM adalah representasi strategis bagi mahasiswa. Mereka menjelaskan bahwa peran MWA-UM sangat penting dalam menghubungkan kebijakan universitas dengan aspirasi mahasiswa, serta memastikan keberlanjutan pembangunan dan tata kelola universitas. 

Christian menekankan pentingnya menjelaskan peran dan fungsi MWA kepada mahasiswa yang belum memahami lembaga ini. 

“MWA bertugas untuk memberikan arahan strategis terkait kebijakan-kebijakan yang bersifat jangka panjang, mengawasi kebijakan rektor, serta memastikan bahwa visi dan misi universitas dijalankan sesuai dengan amanatnya,” ungkap Christian. 

Ia juga menambahkan bahwa MWA terlibat dalam pengambilan keputusan terkait anggaran dan perencanaan universitas, yang merupakan bagian penting dari keberlanjutan dan pengembangan Undip. 

Sebagai langkah konkret untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa, Christian berencana mengadakan forum diskusi atau sosialisasi. 

“Untuk memastikan pemahaman mahasiswa, saya akan mengadakan forum diskusi atau sosialisasi yang melibatkan mahasiswa, baik melalui seminar, pertemuan langsung, maupun platform daring yang mudah diakses,” jelasnya. 

Melalui upaya ini, ia berharap mahasiswa dapat lebih memahami peran MWA dan turut serta dalam proses pengambilan keputusan yang akan memengaruhi masa depan Undip. 

Di sisi lain, Ibnu menggarisbawahi pentingnya aspek keterwakilan dalam MWA sebagai penghubung antara mahasiswa dan kebijakan universitas. 

“Seperti yang kita tahu bahwa MWA itu ada 10 unsur. Kemudian, di dalamnya ada 1 unsur mahasiswa. Artinya, MWA-UM itu menghadirkan representatif dari 64 ribu mahasiswa Undip, 1 orang dipilih mewakili mahasiswa tersebut dalam menentukan arah kebijakan dan pembangunan dari universitas,” jelas Ibnu. 

Ia menambahkan bahwa peran MWA-UM sangat strategis karena berkaitan langsung dengan penentuan arah kebijakan dan nasib Undip ke depan. Ibnu juga menekankan bahwa kehadiran mahasiswa di forum MWA harus berfungsi sebagai penghubung antara keresahan mahasiswa dan kebijakan universitas.

“Kehadiran mahasiswa di forum ini haruslah menjadi penyambung antara yang diresahkan konstituennya (mahasiswa, red) kemudian dibersamai BEM dan Senat,” terang Ibnu. 

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa MWA-UM ini berperan untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi dan segala isu-isu yang ada di kampus ini yang sebelumnya dilandaskan pada kajian akademik berupa policy brief, yang nantinya akan disampaikan di forum MWA. 

Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya komunikasi dua arah antara MWA dan mahasiswa. Ketika ada pembahasan terkait arah pembangunan Undip, hasilnya harus disampaikan kembali kepada mahasiswa. 

“Begitupun sebaliknya, ketika ada bahasan di forum MWA terkait dengan arah pembangunan Undip, harusnya disampaikan juga kepada mahasiswa,” pungkas Ibnu. 

Strategi Kandidat dalam Memastikan Suara Mahasiswa Lebih Didengar 

Dalam memastikan suara mahasiswa lebih didengar, Ibnu menawarkan pendekatan kolaboratif yang fokus pada kekuatan bersama. Ia menyadari bahwa posisi MWA-UM memang cukup lemah dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya yang memiliki pengaruh lebih besar dalam pengambilan keputusan. 

“Memang disadari betul kalau MWA-UM ini tidaklah bisa didengar, posisinya sangatlah lemah dibandingkan unsur-unsur lainnya. Tetapi yang ingin saya bawakan adalah kita harus berkolaborasi bersama, kita digdaya!” tekan Ibnu. 

Ia menekankan bahwa mahasiswa, sebagai unsur dengan populasi terbesar di kampus, memiliki potensi yang sangat besar untuk bersatu dan memperjuangkan hak-haknya. Ibnu berpendapat bahwa untuk bisa didengar, mahasiswa harus bersatu dalam satu suara dan langkah. 

“Artinya kita bisa berdaya nih dengan unsur yang populasinya terbanyak di kampus ini, kalau mau didengar, ya, kita harus satu suara, kita satukan derap langkah kita, satu napas,” tegas Ibnu. 

Kolaborasi antara berbagai elemen mahasiswa, seperti BEM, Senat, dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menjadi kunci untuk menguatkan urgensi isu yang diangkat. Menurutnya,

baik itu melalui aksi ataupun propaganda di media sosial, gerakan struktural dan kultural perlu dilakukan untuk meningkatkan urgensi isu yang dibawa. 

“Ketika ada isu yang ingin didengar, maka harus bersatu dulu nih, saya ingin mendorong adanya kolaborasi, kemudian dimasifkan dari sisi mahasiswa,” ungkap Ibnu. 

Ia berharap, ketika isu tersebut sudah didorong dengan kekuatan bersama, maka dalam forum MWA suara mahasiswa akan dianggap sebagai suatu urgensi yang tidak bisa diabaikan. 

“Nanti ketika dibawakan di forum MWA oleh MWA-UM, itu menjadi sebuah urgensi sendiri kalau mahasiswa sudah bergerak nih suaranya (aksinya, red) haruslah didengar tuntutan-tuntutannya, minimal dikabulkanlah sebagian atau seluruhnya,” imbuh Ibnu. 

Sementara itu, Christian memiliki pendekatan yang lebih mengarah pada transparansi dan akuntabilitas dalam memastikan suara mahasiswa didengar. Ia berkomitmen untuk memastikan ada mekanisme yang lebih terbuka dan inklusif dalam pengambilan keputusan yang melibatkan suara mahasiswa. 

“Untuk memastikan suara mahasiswa didengar, saya akan memperjuangkan adanya mekanisme yang lebih terbuka dan inklusif lewat jaring aspirasi bit.ly/kawalisuundip, kemudian forum dan dibuat kajian dalam pengambilan keputusan di MWA,” ungkap Christian. 

Dengan adanya sistem komunikasi yang lebih baik, mahasiswa bisa mengajukan isu atau masukan yang berkaitan dengan kebijakan yang memengaruhi mereka, baik dalam aspek akademik maupun non-akademik. 

Sebagai langkah konkret, Christian berencana membentuk forum komunikasi rutin antara MWA dan organisasi mahasiswa yang akan menjadi sarana bagi mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi mereka. 

“Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk forum komunikasi rutin antara MWA dan organisasi mahasiswa, di mana mahasiswa bisa mengajukan isu atau masukan terkait kebijakan yang berpengaruh langsung kepada mereka,” jelasnya. 

Christian juga akan mendorong agar mahasiswa memiliki perwakilan yang sah dalam MWA atau dalam komite-komite yang terlibat dalam pengambilan keputusan penting di Undip.

Dengan cara ini, setiap kebijakan yang diambil dapat lebih representatif terhadap kebutuhan dan aspirasi mahasiswa. 

“Saya juga akan mendorong agar mahasiswa memiliki perwakilan yang sah dalam MWA atau dalam komite-komite yang terkait dengan pengambilan keputusan penting di Undip,” tambah Christian. 

Integritas dan Independensi: Bagaimana Kedua Calon Memastikan Tidak Membawa Kepentingan Tertentu? 

Kedua calon menyoroti pentingnya menjaga integritas dan independensi dalam menjalankan peran sebagai anggota MWA-UM. Ibnu menekankan bahwa dirinya tidak memiliki afiliasi dengan organisasi mahasiswa ekstra kampus (ormek) mana pun, yang memberinya kebebasan untuk berhubungan baik dengan semua elemen mahasiswa. 

Ia menegaskan bahwa meski berasal dari latar belakang UKM tingkat fakultas, ia tidak memiliki kartu tanda anggota dari organisasi ekstra mana pun. 

“Saya sebagai orang yang latar belakangnya UKM, itu pun di fakultas, dengan track record yang tentunya saya miliki, saya tidak memiliki kartu tanda anggota dari ormek mana pun. Berbeda dengan MWA-UM tahun sebelumnya yang memang latar belakangnya ekstra,” ujarnya. 

Namun, Ibnu menyadari bahwa situasi ini juga menjadi tantangan. 

“Tapi menjadi tantangan juga buat saya sebetulnya ketika tidak berekstra dan tidak ada organisasi di belakangnya. Artinya nanti saya harus ada kekuatan politis juga nih untuk bisa survive nanti semisal menjabat,” ungkap Ibnu. 

Meskipun demikian, ia berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan semua elemen kampus. 

“Strategi yang akan saya lakukan adalah menjaga hubungan baik dengan semua elemen, dengan semua ormek, semua pihak, agar kita sama-sama fokus saja ke kesejahteraan mahasiswa, kemudian juga ke keresahan mahasiswa itu nanti,” ujar Ibnu. 

Ia meyakini bahwa dengan pendekatan ini, ia bisa menciptakan kolaborasi yang solid tanpa ada kepentingan organisasi manapun.

“Secara naluriah saya memang pure dari saya sendiri tanpa ada kepentingan organisasi manapun, tapi nanti saya harus mengonsolidasikan semuanya,” jelasnya. 

Di sisi lain, Christian menekankan pendekatan berbasis nilai yang lebih tegas mengenai independensi. 

“Sebagai calon MWA, saya berkomitmen untuk selalu mengutamakan kepentingan universitas secara keseluruhan, bukan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu,” ungkapnya. 

Menurut Christian, independensi yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan tidak adanya afiliasi organisasi, tetapi juga mencakup kemampuan untuk membuat keputusan yang adil dan tepat. Ia mengaku akan menjalani proses seleksi yang transparan dan berpedoman pada kode etik serta integritas yang tinggi. 

“Saya akan menjaga independensi dalam setiap keputusan yang diambil dan memastikan bahwa segala kebijakan yang didorong selalu berdasarkan pada kepentingan bersama serta akuntabilitas yang jelas,” tambahnya. 

Christian juga menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara semua pihak di universitas, termasuk mahasiswa dan dosen, untuk menghindari konflik kepentingan yang dapat memengaruhi keputusan. 

“Komunikasi yang terbuka dengan berbagai pihak di universitas, termasuk mahasiswa dan dosen, akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa tidak ada konflik kepentingan yang memengaruhi keputusan saya,” jelas Christian. 

Dengan pendekatan ini, Christian berharap dapat memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan kebutuhan dan aspirasi universitas secara keseluruhan, tanpa terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. 

Kedua calon memiliki pendekatan yang berbeda dalam menjaga independensi, tetapi keduanya sepakat bahwa integritas adalah hal yang tidak bisa ditawar. Ibnu dengan pendekatannya yang mengutamakan kolaborasi dan relasi baik antar elemen kampus, sedangkan Christian dengan pendekatan yang lebih formal dan terstruktur untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil senantiasa mengutamakan kepentingan bersama tanpa ada benturan kepentingan.

Menilik Gagasan dan Program Unggulan Masing-Masing Kandidat 

Dalam mewujudkan keberlangsungan Undip 2025, berikut gagasan dan program unggulan masing-masing kandidat yang akan mereka canangkan. 

No. Urut 1 Christian Dwi Tama Putra 

VISI 

Majelis Wali Amanat Universitas Diponegoro Unsur Mahasiswa (MWA Undip UM) sebagai ‘Kapal’ dalam Membangun Mahasiswa yang Berkualitas, Berdaya Saing, dan Sejahtera, serta Berkontribusi Aktif dalam Pengembangan Undip dan Masyarakat. 

MISI 

  1. Melaksanakan pelatihan dan pengembangan secara berkala bagi anggota Badan Kelengkapan (BK) MWA Undip UM untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi dalam menjalankan tugas dan fungsi; 
  2. Membangun kolaborasi yang kuat (Fostering Collaboration), memberikan bimbingan serta dukungan (Providing Guidance and Support), dan mengadvokasi (Advocacy) kebijakan untuk memperkuat peran MWA Undip UM dalam pengembangan program, kepemimpinan, serta komunikasi dengan pihak universitas; dan 
  3. Melakukan penelitian berbasis data, berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, dan mendorong inovasi serta perubahan positif untuk mendukung kebijakan strategis dan pengembangan budaya organisasi yang progresif di lingkungan Undip. 

Program Unggulan 

  1. Training MWA Undip: Kegiatan kaderisasi yang bermuatan materi MWA guna menunjang keberjalanan tugas dan tanggung jawab sebagai MWA diselenggarakan oleh BK MWA-UM. 
  2. PILAR (Pengawalan Isu dan Langkah Advokasi Rakyat): Kegiatan ini adalah kegiatan pengawalan isu strategis yang berkembang di lingkungan kampus, yang berkaitan dengan kebijakan universitas dan kebutuhan mahasiswa melalui kuesioner yang dijadikan referensi kebijakan.
  3. FORUM UNDIP (Forum Pembahasan Isu Terkini Universitas Diponegoro): Kegiatan ini berupa forum diskusi yang mengundang pemangku kebijakan Undip untuk membahas isu-isu terkait pembangunan, status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH), dan isu-isu terkini yang sedang berkembang. Forum ini diadakan setidaknya satu kali dalam setahun. 
  4. SUARA KAMPUS: Kegiatan ini berupa podcast talkshow yang melibatkan birokrasi universitas untuk membahas topik seputar sarana dan prasarana serta kebijakan non-akademik, yang dilaksanakan minimal sekali. 
  5. JEJAK KAMPUS (Jelajah Fakultas dan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro): Kegiatan ini berupa roadshow ke Fakultas dan Sekolah Vokasi dengan BEM F/SV, SM F/SM SV, dan mahasiswa umum sebagai sarana pencerdasan MWA Undip UM dan Serap Aspirasi. 
  6. SINTESA (Sinergi Ketua BEM dan Senat): Kegiatan ini berupa pertemuan dengan ketua BEM dan SM dalam rangka membahas kebijakan yang akan diambil dalam forum MWA dan/atau kebijakan yang dibahas dalam MWA. 
  7. MWA INSIGHT: Kegiatan ini berupa infografis yang dipublikasi di Instagram MWA Undip UM dengan pembahasan mengenai seputar MWA. 

No. Urut 2 Muhamad Ibnu Athaillah 

VISI 

MWA Undip UM 2025 sebagai katalisator yang Digdaya mewakili kepentingan unsur mahasiswa dan merangkul seluruh lingkup Sivitas Akademika Undip. 

MISI 

  1. Daya Temu: Meningkatkan kolaborasi dan komunikasi antara Sivitas Akademika terkait untuk menemukan potensi dan solusi bersama bagi kemajuan Undip. 2. Daya Serap: Mendorong untuk lebih peka dan aktif menyerap serta memahami kebutuhan dan aspirasi mahasiswa Undip. 
  2. Daya Cipta: Mengoptimalkan kreativitas dan inovasi dalam menciptakan program serta inisiatif yang bermanfaat dan berkelanjutan untuk Undip. 
  3. Daya Guna: Memaksimalkan efektivitas dan efisiensi berbagai sumber daya yang ada untuk mendukung keberhasilan setiap program dan kebijakan Undip.

Program Unggulan 

  1. Rembuk Undip: Forum diskusi terbuka yang diadakan secara offline ataupun online sebagai wadah untuk membahas isu-isu strategis atau keresahan mahasiswa dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di lingkungan kampus. 
  2. Sinergi Mahasiswa: Gerakan inisiatif untuk mendorong kolaborasi yang produktif antar organisasi mahasiswa dalam rangka menyelaraskan arah gerak dan memperjuangkan kepentingan mahasiswa secara kolektif. 
  3. MWA Menfess: Platform komunikasi berbasis sosial media yang digunakan untuk menyampaikan aspirasi, opini, pertanyaan, atau kritik terkait MWA Undip UM secara anonim. 
  4. MWA Ngider: MWA Undip UM di bantu oleh BK MWA Undip UM melakukan kunjungan kerja ke berbagai Organisasi Kemahasiswaan di tingkat Universitas dan Fakultas/Sekolah/PSDKU. 
  5. Kajian Isu & Propaganda: Program untuk mengkaji isu-isu kampus atau kebijakan nasional yang diperkuat dengan riset komprehensif untuk mendorong perubahan positif bagi kemajuan Undip. 
  6. KAMI (Kanal Media dan Informasi) MWA: Garda terdepan dalam membentuk citra positif MWA Undip UM melalui berbagai kanal media sosial dengan berisi konten-konten pencerdasan, pengakaran isu, dan laporan kegiatan yang sedang berlangsung. 
  7. Kawal Kampus Kita: Wujud nyata partisipasi mahasiswa dalam mengawal program dan tata kelola kampus yang baik dan berpihak pada kepentingan seluruh Sivitas Akademika Undip. 
  8. Good News From UNDIP: Upaya membangun citra positif dengan membagikan kabar baik mengenai prestasi, inovasi, atau program unggulan dari Sivitas Akademika Undip. 

Terlepas dari perbedaan pendekatan dan visi, baik Christian maupun Ibnu memiliki tujuan yang sama: meningkatkan kesejahteraan mahasiswa dan memastikan bahwa suara mahasiswa menjadi bagian integral dalam tata kelola Undip. 

Dengan latar belakang dan gagasan yang mereka bawa, pemungutan suara pada Selasa (17/12) akan menjadi ajang bagi Badan Pemilih (Banlih) Umum Raya, yang terdiri atas perwakilan satu orang dari setiap fakultas, Ketua BEM, dan Ketua Senat, untuk menentukan

siapa yang paling layak mewakili mahasiswa Undip di forum MWA-UM. Pemilihan ini bukan sekadar seremonial, tetapi langkah strategis untuk masa depan Undip yang lebih inklusif dan aspiratif. 

Reporter: M. Irham Maolana, Hildha Muhammad Tahir 

Penulis: M. Irham Maolana 

Editor: Ayu Nisa’Usholihah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top