(Sumber: KAPANEWON TEMEN)
Peristiwa – Setelah terakhir kali menjumpai pada tahun 2020, kini tahun kabisat kembali menyapa kita pada tahun 2024. Tahun kabisat atau Leap Day ditandai dengan penambahan 1 hari di bulan Februari. Hal ini membuat jumlah hari dalam setahun menjadi 366 hari setiap 4 tahun sekali. Penambahan hari tersebut bertujuan untuk memperbaiki waktu bumi dalam mengelilingi matahari.
Perhitungan tahun kabisat berawal dari Kaisar Julius Cesar yang memperkenalkan kalender Julian, yang diusulkan astronom bernama Sosiogenes pada tahun 45 SM. Kalender Julian memiliki mekanisme penghitungan berbasis waktu yang dibutuhkan bumi dalam mengorbit matahari, yaitu 365,25 hari.
Hal tersebut terjadi setiap 3 tahun. Kemudian, akumulasi 0,25 hari dijadikan 1 hari pada tahun keempat di bulan Februari. Pada masa itu, bulan Februari memiliki 29 hari sehingga setiap 4 tahun sekali bulan ini memiliki 30 hari.
Ketika Julius Caesar turun tahta, ia digantikan oleh Kaisar Agustus. Pada masa pemerintahannya, Kaisar Agustus mencomot 1 hari di bulan Februari untuk ditambahkan ke bulan Agustus. Sejak saat itu, bulan Februari memiliki 28 hari dan saat tahun kabisat menjadi 29 hari hingga sekarang.
Kriteria penentuan tahun kabisat dilakukan oleh Paus Gregorius XIII. Ia mereduksi ketidaktepatan waktu yang ada di kalender Julian dan memperkenalkan aturan kalender Gregorian.
Mengutip situs Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), berikut metode penghitungan tahun kabisat:
- Apabila angka tahun tersebut habis dibagi dengan 400, tahun itu adalah tahun kabisat.
- Apabila angka tahun tersebut tidak habis dibagi dengan 400, tetapi habis dibagi 100, tahun tersebut bukan tahun kabisat.
- Apabila tahun tersebut tidak habis dibagi dengan 400 ataupun 100, tetapi habis dibagi 4, tahun tersebut adalah tahun kabisat.
- Apabila tahun tersebut tidak habis dibagi dengan 400, 100, maupun 4, tahun tersebut juga bukan tahun kabisat.
Namun, perhitungan kalender tersebut tidak bisa dikatakan 100% akurat. Sampai saat ini, belum ditemukan metode perhitungan tahun yang sesuai dengan waktu revolusi bumi sesungguhnya. Dalam kurun ribuan tahun mendatang, perhitungan ini berkemungkinan dapat menyimpang. Oleh karena itu, selalu diperlukan perbaikan ketepatan perhitungan waktu untuk masa yang akan datang.
Penulis: Agustinus Lintang Wicaksono
Editor: Ayu Nisa’Usholihah
Referensi:
Setyanti, Christina Andhika. (2016). “Bagaimana Asal Mula Tahun Kabisat?” CNN Indonesia. Diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160131074026-277-107824/bagaimana-asal-mula-tahun-kabisat