
Aksi simbolik diam pada peringatan Mei Berkabung yang diselenggarakan oleh Bidang Sospol BEM FISIP Undip di Selasar Belakang Gedung B FISIP, Undip pada Senin (26/5) (Sumber: Manunggal)
Warta Utama – Bidang Sosial Politik (Sospol) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) menyelenggarakan acara Mei Berkabung dengan mengusung tema “Melawan Lupa: Luka, Suara, dan Perlawanan” pada Senin (26/5) di Selasar Belakang Gedung B, FISIP Undip.
Berbagai rangkaian acara mulai dari diskusi bersama, panggung bebas yang berisi teater, puisi serta penampilan lagu oleh mahasiswa, dan ditutup oleh aksi simbolik diam dengan membawa lilin mewarnai acara Mei Berkabung ini. Acara ini bertujuan untuk memupuk kesadaran terhadap peristiwa gelap yang memayungi bulan Mei tiga dekade silam.
Refleksi Terhadap Kejadian Lampau yang Menjerat
Acara ini dimulai dengan diskusi bersama salah satu dosen, yaitu Satria Aji Imawan S.I.P, M.Si atau yang akrab disapa Aji. Sesi ini membawakan topik yang berkaitan dengan refleksi masa lalu, masa kini, dan apa yang harus dilakukan sekarang dan masa depan terkait dengan berbagai peristiwa yang terjadi di bulan Mei.
Aji menyampaikan bahwa berbagai peristiwa Mei yang terjadi di masa lampau dapat menjadi pembelajaran untuk tahun-tahun ke depannya.
“Jadi saya pikir, ketika kita melihat peristiwa Mei, mindset kita, mindset belajar. Seorang mahasiswa melihat sesuatu, melihat data itu dengan apa adanya, kita terima, kita embrace lah.”
Selanjutnya, Aji menambahkan bahwa cara pandang memengaruhi bagaimana masyarakat, terutama mahasiswa melihat kembali keadaan yang terjadi. Sebagai mahasiswa yang memiliki kesadaran terhadap peristiwa yang terjadi di bulan Mei, mahasiswa dapat lebih antisipatif agar hal yang sama tidak terulang kembali.
“Pertama, kuatkan solidaritas. Kedua, dari solidaritas itu kita bangun mentalitas. Saya yakin kalau badai ini berlalu, mentalitas kita sebagai generasi ini muda ini kuat. Jadi kalau nanti memimpin, kita jadi tangguh,” jelas Aji saat diwawancarai oleh salah satu Awak Manunggal pada Senin (26/5).
Selain sesi diskusi, terdapat penampilan yang memenuhi suasana acara ini. Salah satu pertunjukkan yang menggugah perasaan penonton adalah penampilan dari Teater Kursi yang turut menghiasi ragam acara Mei Berkabung yang dilaksanakan oleh Bidang Sospol BEM FISIP.
Kunci sebagai sutradara dari penampilan Teater Kursi mengemukakan bahwa tema yang dibawakan berfokus pada perempuan. Dalam hal ini, Kunci mengatakan berbagai peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi pada Mei lampau tidak hanya berupa penculikan dan pembunuhan, tetapi juga tentang maraknya pelecehan yang masih kerap terjadi hingga hari ini.
Latar yang diambil untuk penampilan Teater Kursi adalah seorang mahasiswi yang mendapatkan pelecehan saat turut menyampaikan aspirasinya kepada dunia, tetapi mendapatkan hal tidak senonoh yang menyayat hatinya.
“Aku merasa dari tahun ke tahun, sesuatu yang seharusnya tidak terjadi lagi, tetapi masih sering terjadi itu pelecehan seksual apalagi terhadap demonstran wanita,” sambung Kunci saat diwawancarai oleh Awak Manunggal.
Dengan membawa pertunjukkan ini Kunci berharap FISIP dapat lebih mengakomodasi bahwa ruang gerak seni mahasiswa. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa melalui penampilannya, audiens yang menonton dan mendengar dapat menerima aspirasi dan emosi mengenai kesakitan dan harapan untuk keadaan ke depannya.
Ruang Perenungan Terhadap Pengkhianatan
Kegiatan Mei Berkabung secara eventual dilaksanakan sebagai upaya untuk memelihara ingatan dari lupa. Adzraya Rifa Danish yang akrab disapa Danish sebagai fungsionaris Bidang Sospol BEM FISIP 2025 sekaligus Ketua Pelaksana Mei Berkabung ini menyampaikan bahwa acara Mei Berkabung merupakan ajang reflektif mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran dan memahami langkah apa yang harus dilakukan setelahnya agar tidak terulang peristiwa yang sama.
Danish mengatakan bahwa Bidang Sospol BEM FISIP memberikan ruang untuk berekspresi melalui panggung bebas yang telah disediakan. Keterlibatan banyak pihak, seperti Teater Kursi, penampilan puisi dan lagu untuk mengisi panggung bebas ini diperuntukkan agar mahasiswa dapat bersuara dan berkarya melalui panggung kecil, hingga nanti ke panggung yang lebih besar.
Selain itu, Danish juga turut bercerita mengenai hambatan yang tidak lepas dari diadakannya acara ini. Ia menjelaskan bahwa kendala terbesar masih berada pada cuaca yang tidak menentu. Selain itu, Danish juga menimpali bahwa kesulitan dalam pemilihan tanggal juga turut menyumbang kendala berkaitan dengan penentuan pihak-pihak yang ingin diundang untuk turut berpartisipasi dalam acara Mei Berkabung ini.
Selanjutnya, Danish menambahkan pihak kampus mendukung acara Mei Berkabung dengan mempertanggungjawabkan hal yang dilakukan selama acara berlangsung. Muhammad Daffa Alfirrosy selaku Ketua BEM FISIP Undip 2025 juga turut menyampaikan bahwa agenda ini disambut baik oleh birokrasi sebagai salah satu kebebasan ekspresi dalam mimbar akademik.
“Artinya, hari ini birokrasi, pun juga Mas Aji sebagai bagian dari birokrasi mendukung upaya-upaya ekspresi kita sebagai mahasiswa yang menjaga demokrasi Indonesia.”
Daffa mengatakan bahwa bulan Mei dipenuhi rasa mengenang atas terjadinya berbagai peristiwa di masa lampau yang berkaitan dengan pelanggaran HAM. Eksistensi acara ini merupakan salah satu sarana untuk tetap menjunjung kebebasan berekspresi dengan adil.
Menurut Daffa, ketidakadilan masih menyelimuti Indonesia semenjak kemerdekaan. Ia mengatakan bahwa masih terdapat kaum yang dianggap kecil oleh stigma sehingga terpinggirkan.
“Kita masih melihat hari ini, bagaimana rezim yang terus berganti ini belum pernah atau belum sepenuhnya bisa menyelesaikan permasalahan HAM itu sendiri. Hal itu menjadi esensi kita. Mei berkabung akan tetap ada dan juga akan terus berlipat ganda,” ucap Daffa saat diwawancarai oleh Awak Manunggal pada Senin (26/5).
Daffa menilai bahwa esensi dari Mei Berkabung adalah nilai gerakan dan menuntut keadilan. Hadirnya Mei Berkabung ini sebagai upaya untuk mengenang dan mengingat peristiwa yang terjadi pada bulan ini.
“Agar ketika kita dihadapkan kondisi yang welfare, atau adil, kita tetap senantiasa terjaga upaya kritis, bagaimana kita memandang histori negara kita, kampus kita seperti apa, itu terjaga ketika memang ada kegiatan-kegiatan seperti ini,” lanjut Daffa.
Agenda Mei Berkabung ini akan selalu diperingati untuk menggugah ingatan kembali dan menolak lupa terhadap peristiwa penyelewengan HAM yang terjadi pada bulan Mei tahun 1998. Aksi diam sambil membawa lilin pada Mei Berkabung yang diselenggarakan oleh Bidang Sospol BEM FISIP secara simbolik memiliki harfiah untuk menghormati perjuangan dan mengenang peristiwa Mei di masa lampau.
Mei Berkabung yang dilakukan dalam lingkungan kampus akan senantiasa menjadi sarana untuk merawat ingatan terhadap peristiwa keji yang terjadi di bulan ini. Adanya peringatan Mei Berkabung ini diharapkan menjadi refleksi agar memberikan perhatian guna kejadian yang sama tidak berulang.
Reporter: Naftaly Mitchell, Dhini Khairunnisa
Penulis: Dhini Khairunnisa
Editor: Nuzulul Magfiroh