Mei Berkabung: Ingatan Kolektif atas Lidah yang Dibekukan

Spanduk Bertulis “Mei Berkabung” di Beranda Kreativitas FH Universitas Diponegoro, pada (22/5). (Sumber : Manunggal)

Warta Utama – Bidang Hukum, Sosial, Politik (HSP) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Diponegoro (Undip) mengadakan kegiatan Mei Berkabung bertajuk “Merawat Ingatan: Peristiwa Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)” pada Selasa (20/5) hingga Kamis (22/5) di Beranda Kreativitas FH, Undip.

Mei Berkabung diselenggarakan selama tiga hari secara runtut dengan berbagai agenda yang berbeda setiap harinya. Pada hari pertama, yaitu Selasa (20/5) terdapat agenda melukis dan berdiskusi di Beranda Kreativitas. Diskusi yang dibawakan mengusung tema “Merawat Ingatan: Peristiwa Pelanggaran HAM Berat yang Tidak Kian Ditindaklanjuti oleh Aparat”.  Adapun topik yang dibahas dalam diskusi ini, yaitu:

  1. Kasus-kasus pelanggaran HAM
  2. Kebijakan pemerintah terkait adanya kasus pelanggaran HAM
  3. Kejadian-kejadian kelam yang terjadi selama Mei 1998
  4. Merawat ingatan terhadap puluhan kejadian yang menimpa tahun 1998
  5. Dinamika Indonesia di masa mendatang

Selanjutnya, pada hari Rabu (21/5) terdapat bazar buku disertai dengan agenda bedah film “Gie”. Sedangkan hari terakhir, Kamis (22/4) diisi oleh pertunjukkan panggung bebas yang berisi orasi, penampilan teater Themis FH, serta macam-macam penampilan band dari berbagai fakultas. Kemudian acara ini ditutup oleh penampilan dari band gigs sebagai puncak acara Mei Berkabung yang diselenggarakan oleh bidang HSP BEM FH.

Penyelenggaraan kegiatan ini bertujuan untuk menggugah ingatan semua orang terhadap peristiwa yang menyelimuti bulan Mei pada masa orde baru tahun 1998. Acara ini menyoroti pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh berbagai pihak dan tidak kunjung usai ditindaklanjuti. 

Memupuk Ingatan Tiga Dekade Silam  

Ketua BEM FH 2025, Imam Morezki menyampaikan bahwa di masa lampau terdapat banyak hal yang terjadi, salah satunya pembungkaman aktivis. Hal ini mendasari pelaksanaan Mei Berkabung sebagai salah satu wadah berekspresi mahasiswa terhadap peristiwa yang terjadi. Selain itu, Wakil Ketua BEM FH 2025, Raffi Ilya juga turut menambahkan bahwa kegiatan Mei Berkabung akan terus diadakan hingga pemerintah tidak tutup mata untuk menindak sanksi terhadap pelaku HAM berat di Indonesia.

“Padahal dari 1998 banyak kejadian yang melanggar HAM berat. Di dalam hukum, itu memang sudah tidak bisa ditoleran lagi. Namun sampai saat ini, pemerintah masih tutup mata. Sehingga kegiatan ini bakal terus ada sampai pemerintah tidak tutup mata lagi,” jelas Raffi saat diwawancarai oleh Awak Manunggal pada Kamis (22/5).

Mendalami Makna di Balik Tema “Mei Berkabung”

Pengusungan tema “Mei Berkabung: Merawat Ingatan Pelanggaran HAM di Indonesia” mengajak mahasiswa agar senantiasa mengenang rentetan kejadian di penghujung orde baru silam. Pahit dan buruknya keadaan di masa lalu merupakan bagian dari sejarah yang sudah seharusnya tidak padam dalam ingatan.

Muhammad Rizky Adhyaksa, selaku Penanggung Jawab (PJ) acara Mei Berkabung mengungkapkan bahwa tema kegiatan Mei Berkabung adalah upaya memupuk memori atas pelanggaran HAM yang telah terjadi dan menjadi bagian dari catatan sejarah di Indonesia. 

“Karena pada hakikatnya pergerakan itu timbul dari sejarah-sejarah dan keinginan. Jadi, kita tidak boleh melupakan sejarah-sejarah pelanggaran hak, yang bahkan hingga saat ini pun masih berjalan. Ada yang masih banyak yang belum ditindaklanjuti,” ungkap Rizky.

Makna Mei Berkabung tidak hanya menyoroti peristiwa di masa lalu, melainkan kehidupan saat ini. Tema ini masih relevan dengan keadaan di Indonesia akhir-akhir ini. Imam dan Raffi mengatakan bahwa acara Mei Berkabung tahun ini lebih bermakna karena tidak hanya berkaca masa lampau, tetapi juga relevansinya dengan keadaan di Indonesia akhir-akhir ini. Mereka menegaskan bahwa pembungkaman aspirasi dari para aktivis maupun mahasiswa masih marak terjadi hingga hari ini. 

“Sehingga esensi dari Mei Berkabung tidak hanya memperingati aktivis yang hilang (red, pada masa lampau), tapi aktivis yang saat ini, teman-teman kita yang saat ini sedang dibungkam,” tegas Imam. 

Peran Seni dalam Demokrasi

Mei Berkabung diisi dengan rangkaian kegiatan yang berbasis kesenian, meliputi teater, pembacaan puisi, penampilan band lokal, hingga Gigs. Bagi Rizky, seni adalah pertunjukan bebas yang digunakan sebagai representasi dari kebebasan demokrasi sebagaimana mestinya.

“Karena menurut kami, gigs itu adalah sebuah seni. Seni yang pertunjukan bebas. Jadi mengusung kebebasan demokrasi. Band-band sendiri adalah kumpulan dari seni-seni yang diekspresikan ke dalam musik,” jelas Rizky.   

Mei Berkabung yang diselenggarakan oleh Bidang HSP BEM FH juga menjunjung inklusivitas sehingga dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai jurusan, bahkan universitas lain. Penampilan pertunjukkan turut disaksikan oleh salah satu tamu undangan dari Fakultas Kedokteran (FK), Nadia Hanif, selaku staf muda Bidang Sosial dan Politik BEM FK. Nadia juga menyampaikan bahwa penampilan sudah cukup bagus dan menyarankan agar kegiatan ini perlu dimasifkan agar lebih banyak mahasiswa yang tertarik menghadiri.

Suksesnya momentum ini adalah langkah awal untuk lebih melantangkan suara guna membangunkan ingatan masyarakat yang nyaris terlelap dalam lupa. Raffi menjelaskan bahwa melalui acara ini, diharapkan kesadaran seluruh elemen masyarakat mengenai dampak dari tahun 1998 akan meningkat.

Imam dan Raffi juga turut menyampaikan harapan mereka terhadap peringatan Mei Berkabung oleh HSP BEM FH. Mereka berharap bahwa aksi ini dapat menjadi momentum awal dari pergerakan dan tidak hanya menjadi rutinitas simbolik tiap tahunnya. 

Pentingnya menjaga semangat mahasiswa untuk terus bergerak agar tetap bersuara tanpa takut diserang pembungkaman. “Mei Berkabung itu adalah perihal harapan yang banyak tidak tersampaikan oleh mahasiswa. Tentu harapannya adalah gimana caranya kita masih bebas untuk menyampaikan pendapat,” tutur Imam.

Kegiatan Mei Berkabung menilik tentang bagaimana harapan yang dibekukan akibat pembungkaman. Melalui peringatan seperti BEM HSP FH ini diharapkan dapat mengobarkan api pergerakan yang akan tetap hidup.

Reporter: Mitchell Naftaly, Salwa Hunafa, Dhini Khairunnisa, Sintya Dewi Artha, Hanifah Khairunnisa, Salsa Puspita

Penulis: Dhini Khairunnisa, Sintya Dewi Artha

Editor: Nurjannah, Nuzulul Magfiroh 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top