Cover mixtape Doves, ‘25 on Blank Canvas (Sumber: Unggahan Akun Instagram @wordfangs)
Musik – Berbicara tentang musik tidak akan menjemukan bagi para penggemar karya seni. Setiap musik yang muncul di permukaan bak medium perantara yang memiliki nyawa untuk menyebarkan makna dari masing-masing karya. Mixtape “Doves, ‘25 on Blank Canvas” karya Baskara Putra alias Hindia rilis pada Senin (24/2) sebagai bentuk ekspresivitasnya mengenai dinamika kehidupan yang terjadi di Indonesia belakangan ini.
Pelantun musik yang terkenal dengan pembawaannya yang santai itu seringkali membuat lagu dengan lirik yang mengandung kiasan. Walaupun terkadang makna-makna yang disampaikan tersirat, tetapi bagi pendengar yang peka akan mudah memahami maksudnya. Musisi tersebut digandrungi oleh generasi muda karena karyanya dianggap sejalan dengan kehidupan mereka.
Mixtape “Doves, ‘25 on Blank Canvas” merupakan karya seni Hindia yang berisi 16 track lagu dengan lebih dari satu genre. Berisikan lagu yang mencampurkan bahasa Indonesia dan Inggris dalam liriknya, memberi kesempatan karya tersebut untuk bisa dinikmati oleh pendengar luar negeri.
Mixtape hampir memiliki kesamaan dengan album karena keduanya merupakan kumpulan dari beberapa daftar putar. Namun yang membedakan adalah, Mixtape dibuat atas dasar keinginan pribadi sang musisi, sedangkan album biasanya melibatkan campur tangan perusahaan rekaman. Mixtape akan lebih memberi ruang kebebasan bagi musisi untuk bereksperimen tanpa tekanan komersial dari pihak lain.
Berawal dari Kegelisahan Baskara Putra
Beberapa lagu dari Mixtape ini dibuat atas dasar kegelisahannya terhadap berbagai dinamika sosial yang terjadi di Indonesia sejak tahun lalu. Atas situasi tersebut, Hindia mengaku terpantik emosinya sehingga ia turut menanggapi isu itu dengan cara yang berbeda, yakni membalutnya dalam sebuah karya seni.
“Selain itu, saya juga terpantik dengan gejolak yang terjadi di Indonesia beberapa waktu belakangan, rasanya sulit untuk sama sekali tidak menanggapi hal-hal tersebut. Ada prasangka kuat bahwa karya ini harus rilis sekarang, tidak lebih cepat, tidak lebih lama,” ucap Baskara berdasarkan siaran pers yang diterima Tempo, pada Senin (24/2).
Baskara juga menambahkan bahwa pengerjaan mixtape ini dilakukan secara spontan serta melibatkan sejumlah musisi tanah air, seperti Iga Massardi, Lafa Pratomo, Enrico Octaviano, Kareem ‘BAP.’ Soenharjo, Luthfi ‘Mellonz’ Adianto (Cosmicburp), Adrian Mahendra Putra (Blue Valley Radio), dan lainnya.
Bagi Baskara, penulisan mixtape ini dilakukan sebagai upaya menuntaskan cerita yang telah ia sampaikan dalam lagu-lagu sebelumnya. Ia mengungkap bahwa setelah mixtape ini rilis, ia akan kembali membawakan lagu-lagu pada album ketiganya dengan perasaan “lega”.
“Ada beberapa hal yang saya ingin bicarakan untuk merasa “lega”, menyelesaikan banyak cerita yang sudah disampaikan lewat lagu-lagu Hindia dari beberapa tahun silam. Agar nanti setelah mixtape ini, yaitu di album ketiga, saya bisa memulai babak baru tersebut dengan bersih,” ujarnya.
Mengangkat Isu Kemanusian dalam Penulisan Karya
Tema yang diangkat dalam penulisan lagu pada mixtape ini memang beragam, meliputi kisah asmara dalam lagu “everything u are”, kehilangan dalam lagu “(mimi)” dan “betty”, serta lagu bertemakan kemanusiaan yang berjudul “(kamis)” dan “anak itu belum pulang”.
“(kamis)” dan “anak itu belum pulang” berada di barisan ke-11 dan ke-12 dalam tracklist mixtape “Doves, ‘25 on Blank Canvas”. Kedua lagu tersebut masih berkaitan satu sama lain. Keduanya menceritakan tentang kejadian masa lampau yang dialami oleh seorang aktivis bernama Bernadinus Realino Norma Irawan, atau dikenal dengan sapaan Wawan.
Ibunda Wawan yang bernama Ibu Sumarsih, turut berperan dalam penggarapan lagu “(kamis)”. Lagu “(kamis)” berisi rekaman suara kesaksian Ibu Sumarsih atas kronologi kematian anaknya yang tragis. Kejadian itu sudah berlalu lama, tetapi semangat Ibu Sumarsih masih terjaga untuk menuntut keadilan atas anaknya.
Bercerita Lewat Suara dalam Lagu “(kamis)”
Ibu Sumarsih menceritakan bagaimana putranya bernama Wawan meninggal dunia dengan cara yang tragis. Menurut kesaksiannya, Wawan adalah anak yang menyenangkan dan gemar membaca buku. Makan malam bersama adalah ritual wajib bagi mereka untuk bercerita tentang keseharian. Hubungan harmonis ibu-anak terdengar sangat kental di telinga pendengar lagu “(kamis)”.
Wawan merupakan mahasiswa Universitas Atma Jaya pada tahun 1998 yang juga aktif menjadi anggota Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRuK) dalam berbagai aksi. Sebagai tim medis, Wawan memegang tanggung jawab untuk menyelamatkan aktivis lain yang menjadi korban atau sekadar membutuhkan bantuan.
Ketulusan hati Wawan seolah dianggap guyonan bagi sang pembunuh. Suatu sore di 13 November 1998, Wawan sebagai anggota TRuK berusaha untuk menolong korban yang jatuh saat aksi.
“Pak, itu ada korban. Boleh ditolong atau tidak?” Ibu Sumarsih tampak menirukan perkataan Wawan. Dan lawan bicara Wawan yang merupakan seorang tentara, dia mengatakan, “boleh, silakan”. Disaat Wawan melambai-lambaikan bendera putih sebagai simbol meminta pertolongan, justru ia ditembak hidup-hidup.
Setelah jasad Wawan dilakukan autopsi oleh seorang dokter, hasil menunjukkan bahwa Wawan ditembak dengan peluru tajam standar militer di dada sebelah kiri dan mengenai jantung juga paru-parunya.
Hampir 27 tahun kejadian itu berlalu. Rambut yang kian memudar menjadi saksi perjuangan dan keteguhan Ibu Sumarsih dalam memperjuangkan pertanggungjawaban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat ini guna mewujudkan agenda reformasi.
Rekaman suara Ibu Sumarsih berdurasi 4 menit 16 detik ini diakhiri dengan kalimat “Jangan yang ada hanya korban, tetapi pelakunya tidak ada”.
Sejelas itu Ibu Sumarsih menceritakan kronologi yang terjadi pada buah hatinya. Setiap kalimat yang terucap mampu menyadarkan betapa kejinya masa itu. Keteguhan Ibu Sumarsih seharusnya menjadi evaluasi agar tidak ada kasus serupa yang terjadi lagi.
“anak itu belum pulang” jadi Bukti Pemerintah Tuli
Suatu hari aku melihat
Payung hitam berbaris rapat
Di televisi, suatu pagi
Sebelum gegas berangkat sekolah
Suatu hari aku tercekat
Pertama kali aku mengerti
Alasan hadir puluhan orang
Baju gelap, nol titik terang
Suatu hari aku bertanya
Apa belum selesai juga?
Di layar ponsel, di kantin kampus
Mendekati hari ku lulus
Lirik-lirik yang dilantunkan oleh Baskara sepanjang lagu “anak itu belum pulang” membuktikan kepeduliannya terhadap isu kemanusian yang ia saksikan sejak dulu hingga saat ini. Tertulis jelas dari lirik tersebut bahwa payung hitam sebagai simbol duka sudah ada sejak Baskara menduduki bangku sekolah.
Aksi simbolik yang ia saksikan dahulu ternyata masih tetap bertahan sampai dirinya dewasa. Orang-orang masih setia mengenakan pakaian serba hitam dengan payungnya, berharap aksi mereka mendapatkan titik terang.
Puluhan tahun telah berlalu, tetapi yang masih mereka lakukan hanyalah menunggu. Pergantian pemimpin beberapa kali ternyata tidak memberi harapan untuk kasus ini. Seketika itu “rule of law” menjadi ketentuan yang dibangkang dan dapat dibeli oleh sang pemenang,
Baskara dalam lagunya juga turut meminta kepada para pendengar untuk tidak menutup telinga rapat-rapat atas kejadian ini. Ia meminta agar sejarah kelam ini terus disebarkan ke berbagai penjuru manusia.
Aku bantu semampuku
Merawat cerita di dalam kepalaku
Kamu bantu semampumu
Menebar cerita jauh ke penjuru
Lagu-lagu dalam mixtape “Doves, ‘25 on Blank Canvas” dapat menjadi pilihan bagi pecinta musik tanah air yang hendak menambah koleksi daftar putarnya. Suara lantang nan berani milik Baskara diharapkan mampu menjadi pelopor bagi seniman lain untuk bersuara lewat karya seni.
Penulis: Sintya Dewi Artha
Editor: Nuzulul Magfiroh, Nurjannah
Referensi:
M.antaranews.com. (2025, Februari 24). Hindia Rilis Mixtape Bertajuk “Doves, ‘25 on Blank Canvas”. Diakses pada (30/3) dari Hindia rilis mixtape bertajuk Doves, ‘25 on Blank Canvas – ANTARA News.
Narasi.tv. (2025, Februari 28). Makna dan Lirik Lagu Kamis dari Hindia: Relevansinya Terhadap Isu Kemanusiaan. Diakses pada (30/3) dari Makna dan Lirik Lagu Kamis dari Hindia: Relevansinya Terhadap Isu Kemanusiaan | Narasi TV.
Tempo.co. (2025, Februari 25). Hindia Rilis Mixtape Doves. ‘25 on Blank Canvas, Eksplorasi Bebas Lewat 16 Lagu. Diakses pada (30/3) dari Hindia Rilis Mixtape Doves, ’25 on Blank Canvas, Eksplorasi Bebas Lewat 16 Lagu | tempo.co.