Suasana Puncak Pendikar di Orientasi Diponegoro Muda (ODM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), pada Jumat, (16/8) (Sumber: Manunggal)
Warta Utama – Orientasi Diponegoro Muda (ODM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undip) usai setelah melewati dua hari Program Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) pada 12-13 Agustus dan tiga hari Pendidikan Karakter (Pendikar) pada 14-16 Agustus.
Acara penutupan yang digelar pada hari ketiga Pendikar, Jumat (16/8), berlangsung meriah dengan kegiatan fun color dan penampilan yel-yel dari setiap departemen, yaitu Departemen Perikanan Tangkap, Akuakultur, Teknologi Hasil Perikanan, Sumber Daya Akuatik, Ilmu Kelautan, dan Oseanografi.
ODM FPIK 2024 menjadi salah satu rangkaian kegiatan yang sangat penting bagi mahasiswa baru (maba). Kegiatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebuah proses penting dalam mempersiapkan maba untuk beradaptasi dengan lingkungan akademik yang baru.
Melalui ODM, maba tidak hanya diperkenalkan dengan kehidupan kampus, tetapi juga ditanamkan nilai-nilai penting yang akan membentuk karakter mereka selama menjalani perkuliahan.
Tahun ini, ODM FPIK mengusung tema “ODM Berwawasan, FPIK Berkelanjutan” yang secara khusus dirancang untuk meningkatkan kesadaran maba terhadap konsep keberlanjutan. Tema ini dipilih dengan tujuan untuk menanamkan pemahaman tanggung jawab terhadap keberlanjutan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan perikanan dan kelautan harus menjadi perhatian utama sejak awal.
Kaiyandra Nabil, Ketua ODM FPIK 2024, menekankan pentingnya tema ini dalam memperkenalkan konsep Sustainable Development Goals (SDGs) kepada maba. Menurutnya, melalui ODM ini maba tidak hanya akan mengenal dunia perkuliahan, tetapi juga akan dibekali dengan pengetahuan penting tentang keberlanjutan dan bagaimana peran mereka dalam mewujudkannya, terutama terkait dengan tujuan SDGs ke-14 yang berfokus pada kehidupan bawah air.
“Harapannya, dengan adanya nilai sustainability yang ada di tema kali ini, maba dapat mengerti dan menyadari bahwa ada loh yang namanya SDGs, ada loh yang namanya SDGs ke-14 tentang kehidupan bawah air atau Life Below Water,” ungkap Kaiyandra.
Pelaksanaan ODM FPIK tahun ini berlangsung dengan rapi, terstruktur, dan disiplin. Hal ini terlihat dari pengaturan waktu ibadah dan makan yang dilakukan dengan menggunakan timer. Selain untuk kedisiplinan diri, maba dilatih untuk memanajemen waktu dengan baik dalam menghadapi perkuliahan nanti.
“Nggak cuma melatih kedisiplinan diri aja, tapi kalau di FPIK sendiri ‘kan nggak jauh-jauh dari praktikum. Praktikum sendiri tentu ada waktunya. Nah harapannya, maba dapat belajar manajemen waktu dari ODM FPIK ini ke kehidupan kuliah selanjutnya,” imbuh Kaiyandra.
Respons maba terhadap manajemen waktu yang ketat ini sangat positif. Maba Departemen Sumber Daya Akuatik, Khairun Nisa Aqila atau yang kerap disapa Lala, menyatakan apresiasinya terhadap panitia yang mampu mengelola waktu dengan baik, sehingga kegiatan dapat selesai lebih awal dari jadwal yang ditentukan.
“Salut sih sama kakak-kakak panitia karena manajemen waktunya keren banget! Kita bahkan bisa pulang cepat kemarin. Di rundown jam 16.00, tapi kita 15.30 sudah selesai,” ungkap Lala.
ODM FPIK juga menerapkan larangan penggunaan jam tangan selama rangkaian kegiatan. Kebijakan ini bertujuan agar maba dapat lebih fokus dalam menjalani setiap rangkaian kegiatan tanpa terpaku pada waktu.
Meskipun mendapat berbagai respons, Lolyta Najma Pradipta Ratri, maba Departemen Sumber Daya Akuatik, menilai larangan ini positif karena membantu maba untuk menikmati setiap momen dalam ODM FPIK.
“Kalau dari aku sih nggak masalah, ya. Karena dari aku sendiri memang tipikal orang yang menikmati momen juga. Tapi memang bagus sih, karena bikin maba nggak terpaku sama waktu dan menikmati kegiatan yang sedang dijalani, toh kegiatannya juga bermanfaat kok,” terang Lolyta.
Sementara itu, pendapat lain datang dari Razqa Abyan Naufal, yang juga maba Departemen Sumber Daya Akuatik. Ia mengungkapkan bahwa peraturan ini sedikit aneh.
“Kalau untuk jam itu menurutku agak aneh sih, kalo smartwatch nah itu baru ga boleh, tapi untuk jam biasa kurang aja,” jelas Razqa.
ODM FPIK juga menerapkan kebijakan larangan membawa kendaraan bagi maba selama kegiatan berlangsung. Kaiyandra, menjelaskan bahwa larangan ini diterapkan demi efisiensi waktu selama acara dan menghindari kemacetan yang dapat terjadi.
“Undip itu ‘kan PKKMB dan Pendikarnya bersamaan, ya. Bayangin kalo bawa motor semua, FPIK aja 850-an. Itu bakal bikin maba telat, efeknya domino kemana-mana. Maba telat, dapet poin, mereka ngga dapet materi, ngga bisa memenuhi tugas,” jelas Kai.
Ia juga menekankan bahwa kebijakan ini bukan dimaksudkan untuk membatasi hak mahasiswa, melainkan demi kelancaran acara.
“Literally kita cuma melarang bawa aja, karena parkiran sudah penuh oleh panitia, pun kalau ditambahin dengan maba 800-an itu, akan lebih penuh bahkan mungkin ngga cukup. Kalau parkiran penuh, mungkin teknisnya ngga bisa berjalan dengan baik,” imbuh Kaiyandra.
ODM FPIK juga memperkenalkan berbagai beasiswa kepada maba melalui Scholarship Fair (SCF). Acara ini memberikan kesempatan kepada maba untuk belajar tips dan trik dari para penerima beasiswa, serta mengenal berbagai jenis beasiswa yang tersedia.
Mengangkat tema “Exploring the Wilderness of Scholarship: Discover Your Path to Success”, SCF berhasil memperkenalkan berbagai beasiswa, seperti Bank Indonesia (BI), Bank Central Asia (BCA), Tanoto, Yayasan Karya Salemba Empat (KSE), Djarum, Pertamina, Beasiswa FPIK, serta Beasiswa Unggulan (BU).
Tanpa konser mewah, FPIK menutup rangkaian ODM dengan cara yang penuh warna melalui kegiatan Fun Color. Para maba berkumpul dalam lingkaran sesuai kelompok mereka, menyerukan yel-yel semangat secara bergantian. Peningkatan jumlah maba di FPIK pada tahun 2024 semakin menambah semarak suasana acara tersebut. Suara mereka menggema dan kebersamaan tercipta.
Setelah itu, mahasiswa diminta menutup mata sambil menggenggam bubuk warna di tangan. Mereka mendengarkan dengan khidmat narasi yang disampaikan oleh narator.
“Sekarang, lepaskan apa yang ada di tangan kalian dan teriakkan sekuat tenaga, bebaskan semua yang ada di pikiran kalian,” ujar sang narator.
Begitu narasi berakhir, langit FPIK dipenuhi oleh warna-warna cerah, disertai gemuruh emosi dari mahasiswa yang meluap dalam momen tersebut.
Reporter: M. Irham Maolana, Maylika Ardiva Pramesti, Aiskha Rizkya Putri
Penulis: M. Irham Maolana, Maylika Ardiva Pramesti, Aiskha Rizkya Putri
Editor: Ayu Nisa’Usholihah, Hesti Dwi Arini