Ciptakan Pemecah Ombak, Tim PKM-KC Undip Manfaatkan Limbah Plastik

Desain pemecah ombak oleh Tim PKM-KC Undip. (Sumber: Youtube Ega Duandini)

Warta Utama— Undip berhasil meloloskan 128 proposal Program Kreatifitas Mahasiswa dari total 700 proposal yang dikirimkan. Salah satu tim yang dinyatakan lolos pendanaan adalah tim Ega Duarini, Putri Endah Puspita Sari, dan Fitri Maulida. Tim yang mengambil PKM bidang Karsa Cipta (PKM-KC) ini berasal dari jurusan yang sama yakni Fisika.

Dengan karsa cipta berjudul “Inovasi Pengolahan Limbah Plastik Polipropilena sebagai Media Pemecah Ombak untuk Mengatasi Abrasi” berhasil mengantarkan tim ini lolos hingga tahap pendanaan Kemdikbud.

Asal mula datangnya ide

Gagasan terciptanya inovasi ini berawal dari keresahan rekan salah satu anggota tim karena sering terjadi abrasi di sekitar rumah nenek temannya.

“Aku terinspirasi dari temen aku yang pernah cerita. Jadi, di rumah neneknya di daerah Pekalongan terjadi abrasi besar-besaran. Jadi setiap sore atau malam saat air laut pasang terjadi banjir,” jelas Ega selaku ketua tim saat dihubungi awak LPM Manunggal, Minggu (25/10).

Kondisi banjir yang terus menerus menyebabkan rumah di sekitaran bibir pantai menjadi lembab dan tidak sehat. Untuk mengatasi terjadinya abrasi tersebut, tim ini membuat alat pemecah ombak. Pada prinsipnya pemecah ombak (breakwater) akan mengurangi energi ombak agar saat menghantam daratan menjadi tidak begitu besar dan tidak menggerus pantai lagi.

“Gelombang dari tengah laut ke pantai energinya itu sangat besar, setelah dia (ombak, red) menabrak breakwater ini maka energinya akan menurun, karena energinya turun setelah menabrak pantai maka ombak yang energinya sudah turun ini tidak akan menggerus pantai lagi,” terangnya.

Urgensi adanya breakwater

Adapun menurut Ega, urgensi dari karsa cipta ini bahwa telah tergerus pantai sejauh 400 km akibat abrasi yang terus menurus. Apabila dibiarkan, hal tersebut akan memberikan dampak menurunnya daratan bahkan bisa juga tenggelam dan hilang.

“Ini tuh bencana yang urgent banget, tapi sayang di Indonesia abrasi bukan merupakan hal yang akan diselesaikan dalam waktu dekat, padahal dari yang aku baca pantai Indonesia sudah tergerus 400 km dari bibir pantai,” tambah Ega.

Bahan yang digunakan untuk membuat alat pemecah ombak buatan tim Egi adalah limbah plastik. Menurutnya, penggunaan bahan dari limbah plastik untuk pemecah ombak jenis apung akan memberikan dampak yang baik karena limbah plastik selain dapat dapat dikurangi juga bisa dimanfaatkan kembali untuk mengatasi abrasi.

Kendala dalam PKM

Dalam pelaksanaannya, tentu saja tim ini mengalami beberapa kendala. Salah satunya mengenai perubahan teknis PKM yang menyesuaikan kondisi pandemi. Hal ini memberikan kesulitan karena hasil yang dibuat harus berupa produk digital.

“Hal yang membuat aku paling bingung adalah produk digitalnya, kan harusnya produk berupa produk jadi, kebetulan di timku tidak ada yang bisa design, jadi tuh pas membuat produk digitalnya agak sulit,” tutur Ega.

Reporter: Nabila Lathifah

Penulis: Nabila Lathifah

Editor: Winda N, Alfiansyah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top