Prabowo bersama tujuh petinggi media tanah air di Hambalang, Jawa Barat pada Minggu (6/4). (Sumber: Unggahan Akun Instagram @Prabowo)
Peristiwa – Wawancara Prabowo Subianto oleh tujuh jurnalis dari media yang berbeda dibuka dengan pelaksanaan motivasinya terkait bidang pertanian yang menghasilkan lumbung pangan pasca ia dilantik jadi presiden. Adapun ketujuh jurnalis tersebut adalah: Alvito Dianova (Pemimpin Redaksi Detik.com), Unilubis (Pemimpin Redaksi IDN.Times), Lalu Mara Satriawangsa (Pemimpin Redaksi TvOne), Najwa Shihab (Jurnalis – Pendiri Narasi), Retno Pinasti (Pemimpin Redaksi SCTV-Indosiar), Sutta Dharmasaputra (Pemimpin Redaksi Kompas).
Dalam 150 hari pemerintahannya, Prabowo mengaku bangga akan semua pencapaian yang sudah dilaksanakan, bahkan lebih dari ekspektasi yang seharusnya.
“Yang diperkirakan pada 2025 ini, kita semua krisis pangan. Tapi hari ini tidak, Alhamdulillah. Kita perhatikan tetangga-tetangga kita krisis beras,” ucap Prabowo.
Tak lupa apresiasi ia ucapkan untuk semua menteri yang dianggap sudah bekerja keras, dan melakukan monitoring dalam beberapa bulan sejak pemerintahan baru terbentuk.
Berikut beberapa hasil dan ringkasan kerja yang disebutkan oleh Prabowo:
- Harga pangan masa lebaran menurut Prabowo terkendali.
- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan, di sela pro-kontra banyak pihak dan kini berkembang dengan lebih dari 3 juta penerima manfaat.
- Our economy doing well. Kondisi fundamental ekonomi cukup baik. Inflasi Indonesia salah satu terendah di dunia.
- Baginya, keberhasilan lain adalah, Danantara berhasil terbentuk Senin (24/2) sebuah investment fund yakni konsolidasi dari aset-aset pemerintah Indonesia dengan gaya manajemen transparan, dan dengan standar internasional.
- Cek kesehatan gratis untuk pertama kalinya dalam sejarah, bagi tiap warga negara satu kali setahun.
- Biaya haji diturunkan.
- Gaji guru dinaikkan.
- Terdapat data tunggal sosial ekonomi nasional sehingga diketahui persis orang miskin di mana, keluarganya di mana supaya bantuan tepat sasaran.
Wawancara yang dilakukan oleh 7 jurnalis tersebut menurut Alfito Diannova tidak tertulis dalam bentuk pertanyaan melainkan spontan saja, terangkum sebagai berikut:
- Tanggapan Prabowo mengenai Teror Tempo.
Pemerintahan Prabowo sibuk bekerja dan mengurusi rakyat. Oleh karena itu, terlena dalam hal komunikasi. Menterinya yang asal bunyi dalam menanggapi teror Tempo diakui Prabowo sebagai bagian dari kesalahannya dengan alasan bahwa orang yang ada di pemerintahannya cenderung baru, dan dalam posisi transisi sehingga kurang hati-hati dan waspada. Teror Tempo bagi Prabowo adalah ulah orang yang ingin mengadu domba.
- Tanggapan Prabowo terkait Demonstrasi
Kata Prabowo, berdemonstrasi adalah hak, dan apabila terdapat tindakan abusive, maka investigasi harus dilakukan. Tapi apakah semua berjalan demikian? Dalam menanggapi demo, kata Prabowo harus ada objektivitas, karena tidak menutup kemungkinan demo-demo besar justru dibayar, bahkan ditunggangi oleh pihak asing. Prabowo terus menerus membawa pihak asing dalam demonstrasi yang terus saja digencarkan terkait pemerintahannya yang awut-awutan. Padahal tujuan utama pertanyaan ini sebetulnya untuk melihat bagaimana kinerja yang menurutnya sudah baik, ternyata direspons berbeda oleh masyarakat. Kata Prabowo, “Berdemolah dengan damai. Sebab aparat sekarang tak ada yang bawa senjata.”
- Tanggapan Prabowo mengenai Revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI)
Menilik dari hasil survei, instansi yang paling dipercaya adalah TNI. Dalam UU TNI terbaru tidak akan ada dwifungsi. Sebab dia juga turut berperan (dulu) dalam menarik militer ke barak. UU TNI sebenarnya menjelaskan tentang perpanjangan masa jabatan prajurit. Sebab panglima TNI satu tahun ganti, karena usianya habis, waktu karirnya lebih banyak dari pada untuk berada dalam organisasi. Beberapa jenderal harus diganti. Dahulu dwifungsi ada karena keadaan, dan kata Prabowo, Bung Karno yang melaksanakan. Kalaupun tentara aktif tetap menduduki ranah sipil, sebagai contoh di kejaksaan, itu karena militer juga punya peradilan. Hal ini mengatakan seolah-olah apapun yang terjadi, mari tetap beri ruang pada militer. Padahal siapapun tahu, kamar sipil dan militer dalam hukum tak pernah bersatu.
- Tanggapan Prabowo soal RUU Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Perluasan Wewenang yang Brutal
Prabowo percaya pada sistem karena terdiri dari tokoh-tokoh yang ia percayai. Baginya, negeri ini punya sistem politik bahwa semua UU itu dibahas oleh partai politik yang dipilih oleh rakyat. Wewenang Polri bila cukup tak seharusnya ditambah, demikian ucap Prabowo. Mengenai mekanisme pengesahan, nantinya akan diperbaiki agar narasi-narasi aneh berhenti. Kalau rakyat merasa naskahnya belum sampai, maka mintalah kepada wakil rakyat. Akan tetapi, Prabowo tidak menjawab dan menyinggung bagaimana seharusnya polisi punya batas kewenangan terlebih ketika bersinggungan dengan masyarakat. Yang Prabowo ungkit terkait wewenang polisi yang bertambah hanya pada masalah penyelundupan narkoba, seolah tugas pokok polisi hanya menangkap pecandu. Tolak ukur Prabowo hanya sebatas itu, bahwa kenyataannya, Prabowo sulit melihat UU Polri adalah tembakan bertubi bagi masyarakat, tentunya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ia menyampaikan bahwa nanti ia akan membaca terlebih dahulu draf RUU Polri.
- Tanggapan Prabowo terkait Pasar Modal
Pasar modal tidak menjadi ketakutan bagi Prabowo. Sebab menurutnya, Indonesia kaya akan program, yakni bangsa dan para elit. Namun Prabowo tidak menjelaskan program yang seperti apa. Selain itu, ketakutan ini juga ditampuk oleh Prabowo bahwa banyak bangsa yang ingin belajar dari Indonesia terkait cara mengendalikan inflasi, karena sesuai dengan yang ia katakan di awal, Inflasi Indonesia salah satu terendah di dunia.
“Hutang kita dibanding banyak negara salah satu yang secara perbanding itu terkecil di dunia. Terus terang saja kita mengoreksi diri sebagai bangsa selama 30 tahun ini, kita banyak melakukan blunder. Masa salah presiden saja. Para teknokrat, guru besar, kenapa kau tidak ingatkan saat dilakukan penyimpangan-penyimpangan.” Tutur Prabowo.
- Tanggapan Prabowo terkait Kebijakan Donald Trump Terbaru
Menurut Prabowo, kebijakan yang dibuat Trump, Presiden Amerika Serikat (AS) adalah untuk merengkuh Amerika karena dia harus melindungi tempat di mana ia memerintah. Bagi Prabowo, Indonesia harus berani mencari pasar yang baru. Selama ini, karena Indonesia bangsa yang paling setia, sehingga hari ini harus bangun. Menurut Prabowo, penting untuk menilik rekam jejaknya bahwa berkali-kali ia menyebutkan kalau bangsa ini harus berani di kakinya sendiri. Setiap negara akan mengurus dirinya sendiri. Prabowo konsen terhadap anomali ini, dan ada upaya untuk mengajak berdialog dengan para tokoh Indonesia Gelap tanpa perlu secara publik agar masalah teratasi. Sebab menurutnya kalau teriak-teriak Jokowi Salah, Prabowo Goblok bukanlah satu jawaban. Menurutnya ia adalah patriot dan pemimpin untuk Republik Indonesia, “kalau saya mau kasih makan anak yang lapar, what is wrong with that?” sergah Prabowo.
- Tanggapan Prabowo terkait Penilaian Dirinya selama 150 Hari Pemerintahan
Prabowo menilai dirinya 6 dari 10 selama masa pemerintahan yang nyaris berlangsung setengah tahun setelah dilantik. Mengenai birokrasi dan penegakan hukum di era yang menjadi tonggak kepemimpinan hingga masa pemerintahan berakhir, Prabowo mengatakan bahwa kalaulah rakyat ingin memberi wewenang pada presiden untuk memecat Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) atau siapapun pejabat publik yang melanggar aturan. Namun sempat disela oleh Sutta terkait otoritarianisme, Prabowo langsung menjawab, “nah itu makanya ya saya serahkan saya pada mereka semua.” Mereka yang dimaksud Prabowo adalah orang-orang yang berwenang untuk menyatakan bersalah atau tidaknya seorang pejabat. Secara keseluruhan, Prabowo puas karena baginya, ia sudah melakukan yang terbaik dan habis-habisan dalam melaksanakan tanggung-jawabnya.
- Tanggapan Prabowo terkait MBG
Program MBG bertujuan untuk meningkatkan Intelligence Quotient (IQ) anak-anak, di mana menurut Prabowo bila anak yang memiliki IQ 120 ke atas, akan sangat produktif dalam mencapai prestasi di bidangnya, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harvard. Bagi Prabowo seperti yang sedari dibawakannya selama masa kampanye, MBG adalah solusi prioritas apabila Indonesia ingin berangkat dari jurang kemiskinan. MBG akan menyelamatkan anak-anak yang kelaparan dan akan jadi tonggak perubahan bagi keluarga mereka, dengan pemenuhan gizi melalui MBG.
- Tanggapan Prabowo terkait Pemberantasan Korupsi
Kalau dilakukan perampasan aset untuk pengembalian kerugian negara, maka anak-anaknya yang menanggung. Prabowo turut prihatin dengan masalah ini. Tentu bertentangan dengan pernyataan Prabowo dengan analogi mengejar para koruptor sampai ke Antartika sekalipun. Jawaban lain yang diberikan Prabowo adalah pencarian pulau sebagai tempat yang bisa dijadikan sebagai pembuangan bagi para koruptor. Tidak tahu pasti apakah sebenarnya Prabowo konsen dalam memberantas korupsi karena antara jawaban hukuman dan ucapannya, Prabowo amat timpang.
Selain dari sembilan poin di atas, ada beberapa hal yang juga dibahas selama tiga jam lebih oleh Prabowo Subianto dan tujuh jurnalis dari tujuh media yang berbeda. Di beberapa pertanyaan terakhir, Prabowo tidak menjawab secara substantif, melainkan bercerita tanpa menjawab pertanyaan yang ada.
Dalam wawancara yang panjang dan melelahkan inipun sejatinya pers kehilangan makna sebab tidak diperbolehkan melakukan follow up terkait pertanyaan sebelumnya, atau bahkan pertanyaan tambahan. Hanya seperti menjawab keresahan dengan kesan yang dangkal, karena Prabowo merasa selama pemerintahannya yang nyaris berjalan 6 bulan, tidak mampu berkomunikasi, sehingga wawancara inilah sebagai balas budinya.
Setelah video wawancara dengan durasi lebih dari tiga jam itu beredar di media sosial, hanya dalam beberapa waktu saja sudah menuai berbagai tanggapan dari masyarakat. Terlebih di bagian-bagian khusus yang hari ini marak jadi agenda besar dan masalah krusial rakyat. Namun tampaknya Prabowo masih mampu menjawab santai tanpa menyentuh masalah yang diajukan.
Penulis: Mitchell Naftaly
Editor: Nuzulul Magfiroh, Nurjannah



