Anthem: Perjalanan Manusia Menemukan Esensi Utama dari Kelahiran dan Alasan Hidup

Cover Novel Anthem (Sumber: Dok. Pribadi)

 

Identitas Buku

Judul: Anthem

Penulis: Ayn Rand

Penerbit: BASABASI

Tahun terbit: 2021

Tebal: 108 halaman

Penerjemah: Nisa Khoiriyah

ISBN: 978-623-305-223-8 

 

Buku – Bagaimana jika di dunia ini eksistensi ‘aku’ dihapuskan?”

Dalam distopia Anthem, semua hal sudah ditentukan. Mulai dari pekerjaan, rutinitas kehidupan, sampai nama. Tidak ada kebebasan berpikir dan berekspresi. Terlahir sebagai manusia artinya membuatmu langsung terikat dengan persaudaraan kolektif yang mengagungkan kata ‘kami’. Lantas, di mana kata ‘aku’ berada?

Aturan di dunia ini: jangan sesekali mempertanyakan “kata terlarang” itu, kecuali ingin dibakar hidup-hidup. Melalui sudut pandang tokoh bernama Equality 7-2521, lebih dari separuh buku ini justru dituturkan dengan kata ganti ‘kami’ alih-alih ‘aku’. Sedemikian ekstremnya dunia fiksi yang diciptakan Ayn Rand dalam menghapuskan individualitas. Membaca Anthem setidaknya akan membuat kita tanpa sadar mengucapkan salah satu dari ketiga kata keramat ini: edan, gila, sinting. 

Sang penulis, Ayn Rand adalah filsuf yang terkenal karena pemikiran objektivismenya. Anthem merupakan salah salah satu karya Rand yang menyoroti bagaimana kolektivisme ekstrem bisa menindas hak-hak individu. Banyak pula yang mengatakan bahwa Anthem sejatinya merupakan bentuk kritik terhadap pemerintahan negara totaliter-sosialis seperti Uni Soviet di mana Rand dilahirkan.

Akan tetapi, buku ini tak melulu harus dikaitkan secara rumit pada aspek politik dan ideologi. Pada dasarnya, Anthem adalah karya yang menceritakan tentang manusia itu sendiri. Anthem adalah cerita tentang kita semua yang mencari arti dari eksistensi diri.

Kendati semesta di Anthem mustahil terwujud di masa depan, bukan berarti situasi di buku ini tidak memiliki kesinambungan dengan realita yang kita jalani saat ini.

Di tengah masyarakat yang berusaha menuntut semua orang untuk “menjadi sama”, acap kali kita masih sulit berdiri sebagai individu bebas; tidak punya cukup keberanian untuk mengutarakan A lantaran mayoritas mengatakan B, pun meyakini sesuatu sebagai kebenaran hanya karena orang lain berkata demikian. Lembar-lembar kisah Anthem dengan berani merefleksikan pergulatan batin seorang individu yang terbelenggu.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Anthem mungkin terkesan menekankan konsep individualisme dan prinsip ego yang bisa memicu kontroversi. Pada akhirnya, semua pun kembali ke interpretasi masing-masing. Toh, bukankah itu yang berusaha disampaikan Anthem? Bahwa semua individu memiliki kebebasan yang harus dihormati, selagi ia tak merenggut hak individu lain.

Narasi Ayn Rand yang diterjemahkan oleh Nisa Khoiriyah bukanlah bacaan yang mudah; beberapa bagian akan membuat kita merasa tersendat. Namun, secara keseluruhan buku ini bertutur dengan cara yang demikian kompleks dan indah, bahkan bisa dibilang puitis. 

Jika ada buku tipis yang bisa membuat seseorang merasakan banyak hal, Anthem mungkin adalah salah satunya. Membaca Anthem menghadirkan keinginan untuk mengutuk distopia kejam yang diciptakan penulis. Di saat bersamaan, buku ini justru mampu memantik sisi sentimental pembaca karena penyajian emosi yang demikian nyata melalui perjalanan Equality 7-2521, yang juga merupakan cerminan perjalanan manusia menemukan esensi utama dari kelahiran dan alasannya hidup.

 

Penulis: Haifa Furai’ah Chairania (Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)

Editor: Ayu Nisa’Usholihah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top