D-DART: Unit Penanggulangan Bencana Undip untuk Masyarakat

Pembuatan Alat Pelindung Diri (APD) oleh Diponegoro-Disaster Assistance Response Team (D-DART). (Sumber: instagram.com/haloddart)

Warta UtamaDiponegoro-Disaster Assistance Response Team (D-DART) adalah unit baru yang dimiliki Undip. Unit yang berfokus pada penanggulangan bencana tersebut diketuai oleh dr. Achmad Zulfa Juniarto dan beranggotakan staf dari berbagai fakultas di Undip. Secara hierarkis, unit ini berada di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM).

“D-DART adalah lembaga di bawah LPPM yang di dalamnya ada KKN, Penelitian dan Kebencanaan,” jelas dr. Zulfa saat dihubungi awak LPM Manunggal, Kamis (9/4).

Meskipun baru-baru ini dikenalkan, D-DART tidak dibentuk untuk menghadapi COVID-19 saja. Sebelumnya, D-DART sudah membantu beberapa bencana di sejumlah daerah. “Sudah direncanakan lama oleh Rektor untuk peran universitas dalam penanganan bencana. SK kalau tidak salah keluar awal Maret. Sehingga saat itu belum tahu ada COVID. Sebelumnya sudah ada kegiatan untuk bencana di Palu, Aceh dan yang lainnya hanya belum resmi ada SK Rektor,” terang dr. Zulfa.

Dalam menghadapi COVID-19, kegiatan yang dilakukan oleh D-DART adalah penanggulangan dan mitigasi. Keduannya meliputi semua kegiatan preventif fase awal agar COVID-19 tidak menyebar luas. Dalam penjelasan dr.Zulfa, D-DART memproduksi Alat Pelindung Diri (APD), diantaranya:

1. Masker yang dilapisi nano filter, setara dengan masker N95 yang sekarang cukup langka
2. Helm pelindung, yang berfungsi untuk melindungi diri agar terhindar dari percikan ludah atau bersin pasien atau orang yang terindikasi COVID-19
3. Memproduksi sekitar 5000 botol handsanitizer yang sesuai dengan standar WHO
4. Masker bedah
5. Baju hazmat (hazardous materials)
6. Head box yaitu alat pelindung ketika melakukan inkubasi
7. Mesin ventilator, yaitu alat bantu napas untuk pasien yang gagal napas
8. Swab Chamber atau bilik swab.
9. Bilik desinfektan untuk petugas kesehatan karena risiko tertular saat melepas pelindung diri sangat besar.

Sebagai upaya pencegahan, dr. Zulfa juga menjelaskan bahwa perlu dilakukan penyemprotan desinfektan di area Undip. “Penyemprotan desinfektan di gedung dan laboratorium Undip (dilakukan, red) dua minggu sekali dan juga beberapa area di sekitar Undip seperti gereja dan masjid,” jelasnya.

Dan perihal biaya produksi dari produk yang dihasilkan oleh D-DART semua berasal dari donasi banyak pihak yang kemudian produknya didistribusikan ke rumah sakit, klinik dan puskesmas. “Semua hasil donasi untuk produk-produk D-DART tidak ada yang dijual, semua didistribusikan secara gratis,” ungkap dr Zulfa.

Selain diperuntukkan untuk tenaga medis, handsanitizer dan masker juga diberikan kepada staf Undip dan mahasiswa. Bersama Humas Undip, D-DART juga akan memberi bantuan bagi mahasiswa yang masih bertahan di Tembalang.

“Untuk staf Undip yang keluar masuk kawasan kampus, diberi masker dan handsanitizer secara gratis. Untuk mahasiswa asing sudah diberi bantuan berupa masker dan handsanitizer, dan bekerja sama dengan Humas Undip untuk menyediakan bantuan masker dan handsanitizer kepada mahasiswa yang masih berada di Tembalang,” tambah dr Zulfa.

D-DART sendiri terbuka lebar bagi teman-teman mahasiswa dan di luar UNDIP yang ingin menjadi relawan. Selain itu, D-DART juga mengimbau masyarakat lewat media sosial untuk lebih peduli terhadap bahaya COVID-19. “Selama mereka masih abai, maka bahaya COVID masih mengancam. Tapi kalau mereka lebih aware, tidak keluar rumah, menjaga physical distancing maka COVID ini akan segera berakhir,” tutup dr. Zulfa.

Reporter : Fidya Azahro
Penulis : Fidya Azahro
Editor : Winda N, Alfiansyah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top