
FILM – Setelah vakum setahun dengan menunda perilisan beberapa judul layar lebar karena dihantam pandemi, Marvel Studios memulai kembali debutnya di tahun 2021 dengan merilis serial ”WandaVision”. Berlatar pasca distopia “Avengers: Endgame” (2019), serial yang tayang eksklusif di kanal streaming Disney+ ini berfokus pada pengembangan spin-off dua karakter utamanya, yaitu Wanda Maximoff (Elizabeth Olsen) dan The Vision (Paul Bettany).
“WandaVision” dibuka dengan 2 episode perdana berlatar situasi komedi (sitkom) lawas yang populer di tahun 1950 hingga 1960-an. Wanda dan Vision diceritakan sebagai pasangan suami-istri yang baru saja pindah ke sebuah kota kecil bernama Westview di New Jersey, Amerika Serikat. Di sana, mereka berusaha untuk beradaptasi dengan menjalani kehidupan normal yang kocak bersama para tetangga.
Di awal episode, audiens akan disajikan dengan visual adaptasi sitkom era 1950-an. Identik dengan nuansa hitam dan putih, cerita yang dibawakan juga tidak kalah menarik dengan momen-momen menggelitik yang terjadi dalam interaksi antar karakter. Episode-episode selanjutnya secara sinkron kembali mengangkat tema sitkom, tetapi dengan timeline yang terus berganti-ganti, mulai 1960, 1970,1980, 1990 hingga era 2000-an. Desain produksi mulai dari wardrobe hingga soundtrack klasik membuat serial ini bisa dikatakan sangat memanjakan audiens dengan eksekusi konsep visual yang sangat keren dan out of the box.
Sebagai pembuka fase 4 dalam proyek Marvel Cinematic Universe (MCU), “WandaVision” membawakan cerita yang bisa dikatakan jenius dan tricky. Elemen komedi menjadi kekuatan premis bagi storyboard yang ditransformasi menjadi semakin epik dan penuh kejutan tiap episodenya. Beberapa momen kejanggalan dari realitas serial ini membuat audiens terkadang merasa terkecoh dengan teori-teori yang mungkin termanifestasi di episode selanjutnya. Jangan terlalu cepat menyimpulkan adalah cara paling tepat untuk menikmati keseluruhan cerita yang tidak akan mudah ditebak.
Klasik dengan pembawaan cerita penuh misteri, Marvel kembali mengajak audiens untuk merancang teori konspirasi mereka sendiri terhadap realitas yang divisualisasi dalam “WandaVision”. Beberapa hint adegan yang terasa aneh dan ilusi easter egg dari karakter yang mencuri perhatian dapat menjadi petunjuk efektif yang menarik untuk dipecahkan.
Salah satu keunikan dari serial ini adalah keberanian kreator Jac Schaeffer dalam melakukan shapeshifting genre dalam setiap episode. Didukung dengan perubahan colour grading tone dan framing yang cenderung bervariasi membawa mood sekaligus gaya penceritaan antar adegan secara dinamis.
Di sisi lain, penggambaran visual Olsen dan Bettany sebagai Wanda dan Vision juga memberikan nafas baru bagi MCU. Layaknya sitkom pada umumnya, serial ini mengeksplor kebebasan mereka untuk berimprovisasi secara lebih humoris, berbeda 180 derajat dengan film sebelumnya di mana kedua karakter ini cenderung berperan kaku. Pengemasan dialog dan pengembangan reveal karakter yang epik menjadi poin yang pantas diapresiasi bagi “WandaVision”.
Secara keseluruhan, “WandaVision” menjadi comeback dari Marvel Studios dengan karya yang lebih segar tanpa menghilangkan unsur dark dan misteri di dalamnya. Dengan cerita yang ringan ditambah berbagai elemen twist out of the box, serial ini cocok sebagai bahan binge-watch sambil berkonspirasi. Untuk lebih memahami benang merah “WandaVision”, disarankan untuk menonton “Avengers: Infinity War” (2018) dan “Avengers: Endgame” (2019) terlebih dahulu sebelum memulai ekspansi serial dibalut situasi komedi (sitkom) klasik ini.
Penulis : Christian Noven
Editor : Aslamatur Rizqiyah, Fidya Azahro



