Warta Utama – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) sukses menggelar Dies Natalisnya yang ke-58 sekaligus Dies Natalis Undip ke-66 dengan menampilkan pentas seni ketoprak pada Jumat (27/10).
Pagelaran ini merupakan sebuah kolaborasi civitas academica, meliputi beberapa dosen dan mahasiswa FIB Undip dengan mengundang kelompok seni Ketoprak Sri Mulyo dari Jurang Belimbing. Menariknya, pementasan ini diproduksi dengan mengangkat kisah Pangeran Diponegoro bertajuk “DIPONEGORO: Unggul Ing Jurit yang artinya unggul dalam peperangan.
Kisah yang diangkat ini bertujuan untuk mengenang Pangeran Diponegoro sebagai sebuah bentuk kejayaan di masa lampau hingga ke masa depan.
Kata “Diponegoro” dalam Universitas Diponegoro diambil dari nama pahlawan nasional tanah Jawa, yaitu Pangeran Diponegoro, seorang pemimpin perang Diponegoro dengan bara api perjuangan melawan penjajah.
“Dari pergelaran ini, kita bisa melihat dosen dari segi lain, seperti dapat berperan dalam ketoprak. Selain itu, ceritanya menambah wawasan saya tentang Pangeran Diponegoro”, ujar Nida Nuril, mahasiswa Sastra Indonesia saat diwawancarai pada Senin (30/10).
Pementasan Ketoprak tersebut digelar dengan sangat meriah. Kemeriahan terlihat dari antusiasme penonton yang membludak memenuhi ruangan. Sebagian penonton terpaksa berdiri karena kehabisan tempat duduk yang telah disediakan oleh panitia.
Selain itu, saat pementasan digelar, pencahayaan dipadamkan dengan hanya menyoroti panggung. Hal ini menciptakan kesan sinematik yang berkelas sebagai seni pertunjukan rakyat. Sahutan suara dari penonton yang heboh pada setiap adegan serta tepuk tangan yang meriah menciptakan panggung lebih hidup.
Menurut Novia Wahyu Darajati, mahasiswa Sastra Indonesia, pagelaran ketoprak FIB sangat meriah, antusias penonton dan tepuk tangan mereka membuat suasana menjadi lebih hidup. Semoga Unggul Ing Jurit benar-benar terealisasikan.
Seperti tercermin pada semangat Diponegoro, harapannya di umur yang ke-58 tahun, FIB Undip mampu menghasilkan civitas academica yang unggul dan memiliki semangat juang yang sama seperti Pangeran Diponegoro.
Reporter: Nilla Putri Anggraini, Luthfiana Angelina
Penulis: Luthfiana Angelina, Nilla Putri Anggraini
Editor: Arbenaya Candra, Fahrina Alya Purnomo, Zahra Putri